Oleh : Ramadhan Syukur
INI SERIUS. Sejak dulu, gue kalau mengidolakan atau mengagumi seseorang gak pernah sepaket dengan keluarganya.
Gue pengagum Bung Karno. Tapi gue gak pernah tertarik sama anak-anaknya.
Gue pengagum Gus Dur, gue juga gak pernah tertarik sama anak-anaknya.
Gue pengagum Jokowi. Sama aja. Gue juga gak tertarik sama anak-anaknya.
Gibran atau Kaesang mau ngapain aja, ya terserah mereka. Kaesang setelah jenuh jualan pisang trus beralih jadi ketum PSI, atau Gibran setelah capek jualan martabak trus jadi walikota, kemudian mendadak gabung ke Golkar lalu jadi bacawapres Prabowo, ya biar aja. Gak ada urusan.
Elo misalnya, mengidolakan gue (sekali lagi misalnya), trus elo gak suka sama anak gue, ya buat gue gak masalah. Biasa aja.
Yang jadi masalah atau jangan sampai terjadi, anak-anak yang bapaknya jadi idola banyak orang malah gak mengidolakan bapaknya sendiri. Atau malah benci. Banyak kasusnya.
Kalau gue sudah pasti mengidolakan bapak gue sendiri. Begitu juga anak gue, setahu gue sih mengidolakan gue. Malah anak cewek gue bukan lagi idola tapi katanya, kalau bukan bapak gue, gue pasti naksir sama papa.
Klise itu mah ya. Tapi biarin.
Jadi, gitu deh. Gue gak punya alasan untuk memilih Gibran, misalnya, hanya karena dia anaknya idola gue. Apalagi dengan memilih Gibran, yang untung malah partai yang sejak orba gue benci banget plus sama pendampingnya yang jauh dari layak gue jadikan idola.
Makanya, gue gak punya alasan untuk mengakhiri kekaguman gue pada Jokowi gara-gara sepak terjang anak-anaknya, sebagaimana mereka yang dulu mengagumi dan mengidolakan Jokowi, sekarang jadi berbalik membencinya.
Apa nanti pilpres gue akan memilih Ganjar? Ya belum tentu juga. Cuma celakanya, Ganjar berpasangan atau sepaket dengan orang yang diam-diam harus jujur gue bilang, kagum juga sama beliau.
Sumber : Status Facebook Ramadhan Syukur
Comment