by

Fiqih Kontemporer

Oleh : Ahmad Sarwat

Yang melahirkan fiqih kontemporer adalah putaran waktu. Maksudnya perubahan waktu akan sangat besar pengaruhnya dalam membidani lahirnya hukum fiqih kontemporer.

Mereka yang tidak bisa menerima fakta bahwa waktu terus berjalan, biasanya susah sekali menerima perubahan zaman. Dan pada gilirannya susah juga menyesuaikan diri dengan segala perubahannya.

Karena itu banyak kalangan ahli fiqih yang terjebak dengan kemandegan zaman. Semua fatwa yang dibawa hanya produk jadul yang bukan zamannya. Salah hidup beberapa abad.

Mau contoh?

Dulu HP hanya berguna sebagai telepon tanpa kabel, jadi orang pegang HP hanya pada saat mau bertelepon. Di luar kepentingan bertelepon, HP tidak perlu dipegang.

Setelah waktu berputar sekian lama, HP sudah berubah wujud, bukan lagi sekedar pesawat telepon tanpa kabel, tapi jadi benda ajaib yang punya lebih dari 50 manfaat.

HP itu bukan hanya telepon, tapi juga bisa berfungsi menjadi bermacam-macam benda lain seperti jam, alarm, album foto, rak kaset dan video, radio, tv, camera tustel, camera video, video player, tape recorder, mesin faksimile, GPS, buku, mesin ketik, kalkulator, kalender, mesin ATM, bioskop, video game, dan seterusnya silahkan tambahkan sendiri.

Baca Quran pun hari ini cukup pakai HP. Jadi HP pun berfungsi juga sebagai mushaf.

Maka cara kita memandang HP tentu harus berubah. Karena manfaat dan statusnya juga berubah. Tidak bisa lagi memandang HP dengan cara pandang masa lalu.

Kalau dulu kita menyebut HP sebagai ‘alat komunikasi’, tapi nampaknya hari ini HP sudah tidak tepat untuk dinamakan sekedar alat komunikasi. Sebab HP sudah berubah menjadi segala macam alat.

Kalau dulu HP sekedar jadi benda yang merusak konsentrasi anak dalam belajar, hari ini tentu cara pandang jadul seperti itu harus dikoreksi total.

Faktanya jelas dan tidak bisa dipungkiri bahwa kita tidak bisa hidup terlepas dari HP. Memang banyak juga yang pada sok anti HP, tapi jujur saja lah tidak usah sok gengsi.

Faktanya kita semua butuh HP, baik langsung atau tidak langsung. Pura-pura tidak butuh HP itu biasa, padahal butuh banget. Hanya saja masih malu-malu untuk mengakuinya.

* * *

Kalau saya pribadi sejak awal ngaku terus terang bahwa kita tidak bisa hidup lepas dari Hp. Maka pandangan saya mungkin banyak berbeda dengan orang kebanyakan.

Maka buat saya, anak-anak kita justru wajib kita kenalkan dengan benda ajaib satu ini sejak dini.

Tujuannya agar mereka pandai mengambil manfaat yang positif dari HP. Agar jangan sampai mereka malah terjerumus dan salah jalan dalam menggunakannya.

Ada 1001 manfaat benda HP ini yang harus kita ajarkan. Tentu ada madharatnya juga dan cukup banyak jumlahnya, sampai 1002 bahkan.

Tapi disitulah tantangannya. Disitulah tugas berat menanti kita. Tugas kita justru harus memperkenalkan, mengajarkan dan mengarahkan generasi berikutnya agar pandai mengambil manfaat dari perkembangan teknologi. Bukannya malah mengharamkannya.

Memang ini tugas yang penuh tantangan dan teramat rumit. Harus saya akui bahwa tidak semua orang tua dan guru mampu melakukannya. Begitu lah kenyataannya.

Makanya jangan heran kalau mereka mau enaknya saja, tidak mau repot. Pokoknya anak-anak dilarang main HP. Alasan sederhananya, bahwa HP itu banyak madharat.

Padahal sebenarnya bukan itu. Masalahnya mereka itu generasi tua, old fashioned, jadul, kumuh, lumutan dan otaknya sudah tidak bisa diupgrade lagi. Mau dipaksakan pun susah, soalnya sudah mentok dan tidak siap menghadapi perubahan zaman.

Makanya otak-otak dengan type jadul kayak gitu susah untuk menerima kenyataan perubahan zaman. Logika mereka itu sederhana sekali. Dari pada ribet mikir, mending haramkan saja. Titik dan selesai.

* * *

Dan resikonya lebih parah, anak-anak tumbuh dan tetap tidak bisa dilepaskan dari HP sama sekali.

Tapi tumbuhnya parah berat, sebab mereka kenal HP justru tanpa bimbingan dan tanpa bekal sama sekali.

Hal yang paling sederhana saja pun mereka tidak mampu melakukannya. Misalnya tetap main HP ketika lagi bicara di hadapan orang lain.

Yang salah bukan HP-nya. Yang salah kita, sebab kita tidak pernah mengajarkan bagaimana berinteraksi dengan orang ketika lagi pegang HP. Sama sekali tidak pernah ada pelajaran apapun buat mereka, meski sesederhana itu.

Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed