by

Fiksi ILC

ILC menyadari bahwa masyarakat secara realitasnya itu sangat gemar info/berita yang update, booming dan juga kontroversi. Sehingga, ILC dengan ragam kontroversinya baik itu dari narasumber atau bahkan sang hostnya (Karni Ilyas) yang dinilai berat sebelah bagi para Kecebong, adalah bagian mewujudkan apa yang diinginkan oleh masyarakat itu sendiri sekaligus mengais rejeki dari bisnis entertainment dengan kemasan politik didalamnya.

Semua mengetahui bahwa bos media Aburizal Bakri mantan ketua umum Golkar, adalah pemilik TV One beserta ILC-nya yang pada saat pilpres 2014 sangat kontra dengan kubu Jokowi-JK.
Namu kini sepertinya hubungan antara pemilik TV ONE-ng dan Pakde Jokowi mulai kondusif. 
Mungkin karena kemelut dan polemik partai Golkar yang berujung pada dukungan penuh pencapresan kembali Jokowi untuk periode kedua pada 2019, juga bisa saja karena pemerintahan Pakde Jokowi yang dengan murah hati mau menalangi beban ganti rugi terdampak lumpur lapindo. https://nasional.kompas.com/…/sudah.bayar.rp.3.8.triliun.un…

“Tapi kok kenapa TV ONE-ng melalui acara ILC yang notabene media milik Aburizal Bakri masih keliatan nyinyirin pemerintah ?” – Si Cacing tanah bersertifikat agak sewot karena sertifikat tanahnya dibilang pengibulan oleh si Monyet tua jelek sekali –

Kalau dipaksa untuk berpikir positif, bisa juga ini adalah cara yang unik dari kubu ARB dalam mendukung pemerintahan Pakde Jokowi. 
Sebab, ciri khas dari tivi wan itu memang media oposisi pemerintah, maka cara yang elegan adalah tetap membiarkan tayangan ILC yang (seolah²) anti pemerintah. Tujuannya agar tidak terjadi gejolak pemirsa setia tipi wan dan menganggap bahwa tivi wan sudah pro ke pemerintahan Jokowi.

Lagipula jika tivi wan ikut²an berkiblat dan pro ke Pemerintahan Jokowi akan menjadi kurang greget alias tidak seru lagi, dan kemungkinan besar menimbulkan kesan pemerintahan saat ini memonopoli semua media. Sehingga kaum oposisi akan menjadikan ini menjadi amunisi baru, bahwa diera Jokowi demokrasi hanya milik penguasa.

Sementara perlahan tapi pasti, melalui acara andalannya, ILC melucuti satu demi satu kebusukan orang² yang selama ini nyinyir agar diperlihatkan secara langsung kebodohannya dihadapan masyarakat luas.

Mengenai Bung Karni Ilyas yang memberi waktu lebih atau ekstra pada narasumber yang anti Jokowi. Ini juga merupakan bagian strategi untuk mencari alat bukti berupa ucapan dari narasumber tersebut.
Aktivis pegiat media sosial Jonru adalah korban pertama dari kejamnya diskusi bersifat pendidikan abu² monyet ala ILC tersebut.
Berikutnya mungkin saja provesor imitasi Rocky Gerung menyusul Jonru ke ruang tahanan.

Jadi, secara tidak langsung Bung Karni Ilyas itu punya andil dalam mengorek dosa para narasumber yang menjadi langganan tetap acara kesayangan para kampreters tersebut.
Kesimpulannya yaitu biarkan Bung Karni Ilyas bersama panggung ILC-nya terus menari, karena bagi kecebong acara tersebut merupakan hiburan yang menarik untuk dijadikan bekal perdebatan dengan kampreters.
Biasakan melihat suatu hal yang kontroversi dari sudut lain yang kira² bisa diambil hikmah positifnya. – Si Kecoa bunting sembilan bulan terlihat kelelahan menguraikan opininya, karena usia kebuntingannya sudah memasuki masa kelahiran –

“Lalu kira² siapa lagi ya korban ILC selanjutnya ?” – Si Tikus gundul bertanya dengan pertanyaan menjebak, sambil harap² gemas –

Yang jelas tidak akan ada korban selanjutnya selama itu masih “FIKSI” kalau “FIKTIF” akan lain ceritanya. – Si Kecoa bunting sepuluh bulan bergegas ke dukun fiktif untuk segera melahirkan –

DK

Sumber : Fanspage Dongeng Katulistiwa

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed