Oleh: Erizeli Bandaro
Kalau anda mengelola investment holding berskala international, memang repot. Disamping harus menghadapi aturan pemerintah, sesama investor juga membuat aturan. Dan aturan ini jauh lebih berat daripada aturan pemerintah. Aturan apa itu ESG ( Environmental, Social, Governance)? Ini aturan yang berkaitan dengan cara bersama mempertahankan sumber daya. Karenanya setiap investment holding harus menerapkan standar operasi bisnisnya dimana saja dengan prinsip ketahanan iklim, air dan udara bersih, mengurangi kemiskinan.
Keliatan sederhana. Tetapi standar kepatuhannya sangat rumit. Detail sekali. Itu bukan hanya paper work. Tetapi visi dan misi perusahaan harus diubah. Kemudian kebijakan investasi harus mengikuti ESG. Sistem pengelolaan perusahaan juga harus mengikuti standar ESG. Misal, harus menghapus diskriminasi lowongan kerja. Tidak boleh berdasarkan ras, suku, almamater. Gaji dan upah harus sama dengan standar industri sejenis di dunia. Jadi bukan lagi UMR patokannya. Tapi international. Tidak boleh terindikasi suap kepada politisi atau pejabat. Tidak boleh menggelapkan pajak. Tidak boleh ada kebijakan yang memungkinkan timbulnya kartel monopoli.
Mengapa harus patuh? ya karena ekspansi Holding kan dananya bersumber dari investor institusi dan Pasar Modal. Semua tahu, pasar uang itu digerakan oleh investor institusi raksasa. Mereka adalah elite financial global. Mereka big boss yang sebenarnya. Pasti engga bisa disogok. Kalau mereka sudah bertitah, ya kita harus patuh. Kalau engga, ya kita engga dapat akses ke financial resource. Elon Mask berkali kali mau ekspansi di Indonesia tapi masih wacana. Padahal sudah ketemu presiden segala. Apa pasal? karena indonesia belum sepenuhnya mematuhui ESG dan Elon sendiri termasuk yang menentang keberadaan ESG.
Makanya tidak mudah menerapkan ESG. Berdasarkan survey IBCSD tahun 2021 Indeks ESG Indonesia berada pada peringkat ke 36 dari 47 pasar modal di dunia. Selain itu hal tersebut didukung dengan survey IBCSD lainnya bahwa 40% perusahaan di Indonesia masih belum sadar terhadap pentingnya penerapan ESG. Ya karena pengusaha kita bisa selesaikan masalah modal dengan suap OJK dan Perbankan. Makanya mereka engga perlu investor institusi berkelas dunia. Kalaupun ada investor asing yang masuk, itu pasti low grade. Seperti investor smelter nikel itu semua tidak ada yang patuh ESG. Lihat aja,hancur lingkungan dan rakyat disekitarnya tetap miskin.
Di Holding saya, butuh setahun training kepada semua direksi holding dan anak perusahaan. Kemudian setahun lagi proses uji coba implementasi dan pengawasan. Baru tahun 2018 bisa diterapkan secara penuh. Jadi perlu 3 tahun sejak ESG diterapkan tahun 2015 secara international. Itupun karena saya bawel dan keras membuat peringatan kepada direksi holding “ tiga tahun tidak diterapkan ESG, kalian semua berhenti.” Dampaknya kini memang terpaksa setiap investasi harus menyisihkan 5% dari modal untuk perbaikan sosial dan penuntasan kemiskinan struktural dimana saja anak perusahaan beroperasi.
(Sumber: Facebook DDB)
Comment