Oleh : Harun Iskandar
Sepanjang yang saya tahu dan ingat, cerita2 (islami) tentang Pejabat yang setelah diangkat atau dibaiat ucapkan ‘Innalillahi’, bukan ‘alhamdulillah’, cuma 2(dua) orang.
Lengkapnya, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun . . .
Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali . . .
Kalimat ini diucapkan saat seseorang tertimpa musibah, sebagai tanda kesabaran. Sekaligus pengakuan pada kuasa Allah.
Menungso sak dêrmo nglakoni. Kalau kata Wong Jowo. Manusia cuma sekedar menjalani. Tak lebih dari itu . . .
❤️❤️❤️
Pertama adalah Abu Bakar As Shidiq. Satu dari Empat khalifah yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin. Empat Khalifah yang peroleh petunjuk Allah, dan dipercaya untuk memimpin umat sesudah Nabi (Muhammad SAW) mangkat.
Kedua, ini yang lebih terkenal, Umar bin Abdul Azis. Khalifah dari dinasti Umayyah. Malah Umar berpidato dihadapan rakyatnya usai dibaiat.
‘Aku tidak menghendaki jabatan Khalifah. Aku tak pernah diajak bermusyawarah atas jabatan itu, juga tak memintanya. Maka cabutlah baiat itu, dan pilihlah yang kalian kehendaki !’
Namun rakyat tetap menghendaki Umar bin Abdul Azis.
‘Maka taatlah padaku selama aku taat kepada Allah. Apabila aku maksiat, maka tak ada kewajiban taat kalian kepadaku !’ Kata Umar lebih lanjut . . .
❤️❤️❤️
Ternyata pengetahuan saya tentang jumlah pemimpin yang ucap Innalillahi, agaknya perlu saya update.
Sebab ada pemimpin lain yang ucapkan kalimat yang bermaksud sama, namun dalam susunan kalimat dan arti yang berbeda . . .
Siapa ?
Ketua MK, Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman . . .
‘Yang tentukan jabatan itu Allah !’ Kata beliau tanggapi desakan mundur sebagai Ketua MK, bahkan dari MK.
Benar jabatan itu sesungguhnya memang milik Allah, tapi sayang pak Anwar Usman ndak nambahi kalimatnya.
Jabatan memang milik Allah
Tapi Gaji tetep milik gua, ya . . .
🙂🙂🙂
Begitulah jika 𝘋𝘶𝘳𝘴𝘢𝘴𝘢𝘯𝘢 macak, merasa jadi, 𝘞𝘦𝘳𝘬𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 . . .
Siapa Dursasana, siapa pula Werkudara, kapan2 saya akan bercerita agak panjang. Nunggu hasil MK MK MK MK.
MK MK MK MK, itu suara ketawa ‘milenial’ Republik Indonesia . . .
Saya ndak mbully Jokowi, lho. Cuma 𝘴𝘰𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘱𝘢𝘳-nya. Dengan huruf ‘S’ dan ‘I’ kecil saja. Agar ndak terlalu kentara . . .
Sumber : Status Facebook Harun Iskandar
Comment