by

Divide et Impera: Muslim vs Muslim di Pilkada Jakarta

Umar berkata, “Sesungguhnya dia itu orang munafik.”

Setelah Rasulullah menyalati jenazah Abdullah bin Ubay, barulah turun ayat (QS. At-Taubah:84), “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangi (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik.”

Itulah gambaran orang munafik, yang bahkan Nabi Muhammad sendiri tidak mengetahuinya kecuali Allah yang memberitahunya. Yakni orang yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam, namun sebenarnya hati mereka memungkirinya. Mereka tidak beriman namun berpura-pura beriman.

Abdullah bin Ubay merupakan representasi dari perilaku kemunafikan (nifaq) atau hipokrisi yang berkaitan dengan akidah, di mana hanya Allah belaka yang mengetahui apakah seseorang itu munafik atau tidak. Ini pula yang disebut nifaq besar, yang dapat mengeluarkan seseorang dari keislamannya dan menggugurkan seluruh amalnya.

Rasulullah menyalati Abdullah bin Ubay ketika itu mengacu kepada pengakuan Abdullah bin Ubay bahwa ia seorang Muslim. Dan Islam mengajarkan ummatnya untuk memperlakukan manusia sesuai dengan kondisi yang diperlihatkan, sedangkan urusan hati dan batinnya adalah kewenangan Allah SWT.

Lalu, bagaimana dengan hadits Nabi yang menyatakan tanda-tanda orang munafik? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah bersabda, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu: jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berkhianat.” Inilah jenis hipokrisi atau nifaq kecil, yakni perbedaan antara lahir dan batin yang tidak bersangkut paut dengan akidah.

Jenis hipokrisi yang satu ini bisa menimpa siapa saja, termasuk setiap orang yang beriman. Karena itu, Anda boleh saja bertanya, “Siapa di antara kita yang sama sekali bebas dari dari satu dua butir hipokrisi sebagaimana ditengarai oleh Nabi?” Dengan kata lain, tanda-tanda hipokrisi yang dikemukakan Nabi tersebut merupakan bagian dari kelemahan manusiawi.

Nabi bersabda, “Sudah diturunkan hipokrisi kepada satu kaum yang lebih baik dari kamu.” Justru karena itu kita bermohon kepada Allah, dalam satu doa yang diajarkan oleh Nabi, “Allahumma inni a’udzu bika minasy syiqaaqi wan-nifaaqi wa suu-il akhlaaq.” (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perpecahan, dari sikap hipokrit dan akhlak yang buruk). (Hadits riwayat Abu Daud dan Nasa’i).

Agaknya jenis munafik model Abdullah bin Ubay-lah yang dituduhkan kepada sebagian kaum Muslim penduduk Jakarta pada musim pilkada ini. Karena itu, jika di antara mereka ada yang meninggal, mereka ditolak untuk disalati. Jadi, bukan hipokrisi jenis kedua sebagaimana disinyalir Nabi, yang bisa menempel kepada siapa saja, termasuk para pendukung Ahok maupun pendukung Anies. Wallahu a’lam.**

Sumber : geotimes

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed