Saya pribadi bergetar mengingat penggalan kisah perjuangan Ahok sebagai gubernur kala itu. Kalimat-kalimatnya diatas bukan sekadar respons parodi, tapi itu ekspresi hatinya. Artinya, dengan sadar ia menerima dan bahkan ‘tersanjung’ disebut sebagai “anjing’. Kenapa ?
Karena ia memaknai anjing sebagai simbol penjaga setia yang rela bertarung dan menyerahkan nyawanya bagi sang tuan – dalam hal ini Jakarta dan warganya.
Bayangkan ? Dinamika kejiwaan yang luarbiasa dan menggetarkan ini hanya bisa terjadi ketika seseorang atau pemimpin memiliki dedikasi total atas tugas dan kewajibannya. Amanah. Bahkan untuk Ahok, gradasi dedikasinya sampai pada tahapan ‘mengerikan’.
Kisah ini menegaskan, betapa Jakarta mengalami kehilangan besar dengan perginya Ahok.
Entah kapan Jakarta – bahkan mungkin negeri ini – menemukan lagi seorang ‘penjaga setia’ dengan dedikasi mengerikan seperti Ahok…
Sumber : Status Facebook Herry Tjahjono
Comment