by

Cara Memahami Agama Biar Hidupmu Ga Sesat

Problemnya kemudian ada golongan umat islam yang ingin membekukan ritual tersebut dalam hukum formal negara, dalam Perda misalnya. Jejak formalisme ritual dalam sejarah bisa dilihat pada usulan yang tertuang dalam Piagam Jakarta. Kewajiban yang bersifat privat seperti menutup aurat, berpuasa pada bulan ramadhan merupakan tanggung-jawab personal antara hamba dengan Tuhannya yang selain tidak mudah dikontrol negara juga berada dalam ranah kebebasan individu yang tidak boleh dipaksakan pihak lain. Bayangkan seandainya negara terlibat langsung mengatur ritual semacam ini, berapa besar energi yang dibutuhkan. Negara yang terobsesi mengatur urusan privat warganya akan menjelma menjadi otoriter. Akan Jauh lebih bermanfaat jika energi yang tersedia digunakan sepenuhnya menyelenggarakan kesejahtraan rakyat. Lagi pula ibadah yang tidak dilandasi kesadaran dan kebebasan serta sikap ihlas tidak akan bernilai pahala, bagaimana bisa ibadah ditegakkan karena rasa takut. Penolakan Perda Islam oleh PSI bisa dipahami dalam konteks ini.

Masalah formalisme ritual ini bertambah rumit ketika dibutuhkan indikator untuk mengukur apakah pelaksanaan ibadah ritual dimaksud sudah sesuai standar atau tidak. Apakah hijab yang dipakai sudah masuk kategori syar’i apa belum, bagaimana cara berdiri, rukuk atau duduk yang benar dalam shalat yang semuanya harus mengikuti standar yang berlaku. Lantas bagaimana pula menetapkan standar yang sama di tengah keragaman mazhab yang dianut umat islam Indonesia? Cara pandang ini yang kemarin ngotot mempersoalkan kesalahan pengucapan Al Fatihah oleh Jokowi atau sikap yang tidak bisa mentolerir kesalahan Prabowo dalam mengucapkan lafal shalawat Nabi. Ritual ibadah tentu saja punya tata cara, kesalahan atau pengabaian terhadap tata cara dimaksud bukan urusan publik apa lagi harus berujung sanksi. Mendahulukan membasuh kaki kiri dalam berwudhu adalah masalah fatal dalam tata tertib ritual, namun tidak berarti publik berhak memberi sanksi pada Prabowo karena kesalahannya.

Hanya saja secara politik problemnya menjadi dilematis karena pendukung formalisme ritual ini dominan berada di kubu Prabowo.

Sumber : Status Facebook Moh Rusdy

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed