by

Cak Nur Bukan Cak Nun

Oleh : Seno Handoyo Prast

(Dulu pernah saya tulis lengkap lebih lengkap dari ini– kontra Narasi gedabrusan beliau di Acara Sinau “nggedabrus itu” dan seperti biasa akun saya di serbu bahkan ada yg ngajak duel sampai mati segala)

Jamaah Maiyah sangat percaya jika sosok penting bahkan aktor utama penurunan Soeharto 21 -Mei-1998 adalah Cak Nun — itu cerita Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun kembali berkisah di panggungnya sendiri mengenai turunnya Soeharto dari singgasana kepresidenan. Cak Nun mengklaim, presiden kedua tersebut lengser setelah dia memaksanya turun.

Saya yg bukan Jamaah saja sampai malu mendengar self klaim ndolob yang sungguh2 sangat nggedabrus itu.

Peristiwa 20 Mei 1998 itu kalau menurut catatan sejarah Cak Nun tidak terlalu besar peran-nya. Nih orang cuma salah satu orang yg kebetulan hadir di malam jelang detik2 turunya Soeharto.

Peristiwa itu melalui proses panjang dan melibatkan banyak orang dan Tokoh Cak Nun bukanla variabel penting atau satu2nya faktor yg memaksa Soeharto turun dari Kursi Kepresidenan.

Majelis Reboan

Cerita Cak Nun menurunkan Soeharto di awali dari Kelompok diskusi yg disebut Majelis Reboan momen Ramadhan Januari 1998. Awalnya ajang Kumpul2 untuk membicarakan pendirian Universitas Paramadina.

Anggota Majlis itu : Malik Fajar, Nurcholis Madjid (Cak Nur bukan Nun),Sutjipto Wirosarjono, Utomo Danandjaya, Johan Effendy, Muslim Abduracman, Eki Syahrudin. —- Dan di awal2 pendirian Majlis itu di hadiri tokoh2 seperti Buya SYafi’i Ma’arif, Gusdur, Jacob Utama, Harry tjan Silalahi , Sulastomo, Moerdiono, Ali Sadikin pernah menghadiri Majlis Reboan di luar anggota awal majlis.

Tempat ketemuan awalnya di rumah kontrakan pak Malik Fadjar di jalan Kayu Putih II/20 tiap hari rebo. Diskusi semakin intensif jelang Sidang umum MPR Mret 1998 berbarengan mulai maraknya demo dan kasus hilangnya Mahasiswa.

26-April-1998 Majelis Reboan memindahkan rapat ke Jln Indramayu 14 yg merupakan Rumah Dinas Malik Fajar yg saat itu jadi Dirjen di Departemen Agama di bawah TArmizi Taher juga di masa penggantinya Quraish Shihab.

Sejak di jl Idramayu 14 peserta diskusi makin banyak melibatkan banyak tokoh di luar anggota majelis Reboan awal.

Setelah melalui rapat2 intens di Indramayu 14 — Dalam perjalanan Dinas bareng Quraish Shihab (Menag) tanggal 10 Mei 1998pak Malik fajar menyampaikanj point2 yang kelak di sampaikan terbuka ke Pak Harto tanggal 19- 20 Mei kepada quraish Shihab untu di sampaikan ke Pak Harto karena mengingat kedekatan Habib Quraish Shihab dengan keluarga Pak harto sebagai pembimbing Spiritualnya.

Pak quraish Shihab merespon point2 yg di hasilkan di Indramayu 14 itu bahkan sempat merubah draft dari : Dari Pak Harto Menyerahkan Hartanya ke Masyarakat menjadi ” Pak Harto Menyatakan keprihatinan kepada seluruh Rakyat Indonesia” (Itu di lakukan bersama Fahmi Idris, Malik Fajar & Quraish Shihab).

Setelah Draft point2 itu di ubah kemudian Tanggal 14 Mei 1998 Nurcholis Madjid menghadap Kassospol ABRI Letjen Susilo Bambang Yudhono di Mabes untuk menyampaikan poin2 penting dari pertemuan di jl Indramayu 14. Semula pokok2 pikiran disampaikan lisan ke Kassospol tapi kemudian Cak Nur (bukan Nun) menuliskanya — Tulisan Panjang 2 halaman yang redaksionalnya sudah di perhalus kemudian di serahkan ke Quraish Shihab untu di sampaikan ke Pak Harto namun karena tidak enak atau ada yg ngomong takut karena Pak Harto yg sensitif Draft Indramayu 14 tak pernah Sampai.

Peran Cak Nun aka Emha baru kelihatan setelah peristiwa itu Malik Fadjar & Nurcholish Madjid sepakat mensosialisasi pokok2 pemikiran itu melalu pers/media massa atas usulan Cak Nun.

Tanggal 15 Mei 1998 berkumpul di Hotel Regent Malik Fadjar, Nurcholis Madjid , Fadel Muhammad, Abdul Latief, tanri Abeng & akbar Tanjung hendak melakukan konferensi Pers tetapi karena dah malam dan malam minggu Acara itu di tunda.

Di undur sampai hari Senin 17 – Mei -1998 Pindah lokasi dari Regent ke Hotel wisata deket HI—disampaikan pokok2 reformasi dari jl Indramayu 14 melalui siaran Pers dengan juru Bicara Cak Nurcholis Madjid dan Budayawan Emha Ainun Nadjib dan di hadiri oleh tokoh al Utomo Dananjaya, Eki Syahruddin, Ferry Mursyidan Baldan, Laode Kamaludin, Fahmi Idris, Soegeng Sarjadi, Fadel Muhammad, AM Fatwa, Didik J Rachbini semua adalah Alumni HMI kecuali Anas Urbaningrum yang masih menjabat Ketua Umum HMI.

NB : Cak Nun cuma Jubir Konferensi Pers — dan ketika peristiwa malam jelang lengsernya Pak Harto sebetulnya sudah tidak krusial lagi karena tanggal 18 Mei 1998 Cak Nurcholish Madjid sudah terlebih dahulu di telpon Pak Harto– Dan 19 Mei sudah ketemu 4 mata dengan Pah harto untuk menyampaikan Point pertemuan jl Indramayu 14.

Catatan lain Gus Dur tidak terlibat di point2 isi Maklumat Indramayu 14 itu karena sejak Januari terserang stroke dan jelang 20 Mei baru 2 hari pulang untuk kemudian di undang untuk menghadiri acara itu — Cak Imin Salah satu saksi hidupnya karena dia yg mendampingi Gusdur saat terima undangan.

Kesimpulanya : Buang abab bau kentut pada tempatnya !!!!

Sumber : Status Facebook Seno Handoyo Prast

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed