by

Bila Anakmu Terpapar Radikalisme, Nangis Darah Kau Mak

Oleh : Lenka Naya

Ini cerita 4-5 tahun lalu. Cerita nyata. Gue kenal seorang ibu yang gundah karena anak laki2nya tak lagi bisa direngkuhnya. Sebenarnya ibu ini, sebut saja namanya Nita, adalah tetangga satu komplek dengan kakak gue. Karena sahabatan dengan kakak gue, otomatis gue juga kenal. Kenalnya karena anak2 mereka sekolah TK dan SD di kompleks itu. Otomatis para emak2 ini bersahabat karena saling kenal saat nungguin bocah2 ini bersekolah, berlanjut sering saling kunjung kerumah. Nita ini janda dengan 2 anak cowo. Anak yang bungsu satu sekolah dengan ponakan gue.

Anak tertua berbeda umur sekitar 4 tahun. Jadi saat adiknya SMP kelas 1, si abang ud SMA. Saat adik SMA, si abang udah kuliah. Permasalahan dimulai saat si abang ini kuliah di suatu universitàs Islam yang ga usahlah gue sebut namanya. Tetiba si abang ini jadi jarang pulang kerumah. Alasannya tentu karena banyak kegiatan kampus dsb. Ya gpp lah namanya anak cowo, bebas ajalah, pikir emaknya. Si emak ini punya usaha Butik baju2 Muslimah. Sewa ruko ga jauh dari komplek. Jadi dia ini type emak2 pekerja keras yang cari duit agar hidup anak2nya lebih baik. Mantan suaminya yg orang asing ( Wilayah Asia , ga usahlah gue sebut negaranya ya ga enak juga kalo terlalu spesifik), awalnya membiayai sekolah anak2, tapi kemudian terhenti, ntah kenapa.

Cerita sedih keluarga ini dimulai ketika suatu hari si Abang yang sudah lama ga pulang , tiba2 muncul dirumah. Muncul dgn penampilan gamis, jenggotan. Dan masuk kekamarnya dan kemudian banting2 gitar dikamar sampai hancur. Koleksi DVD musik dan film diinjek2 sambil teriak2 bahwa semua ini barang haram. Berikutnya mulai hancurkan semua foto2 keluarga yang dibingkai rapi di ruang tamu. Tentu saja Nita si emak jadi marah dan buru2 menyelematkan semua foto2 yang bingkainya udah retak itu. Bagaimanapun foto2 saat dengan mantan suami cuma itu yg tersisa. Kenangan harus tetep dijaga. Tapi si abang tetep ngotot dan akhirnya terjadi pertengkaran hebat.

Siabang bilang, dia ga akan sudi tinggal dirumah yang masih menyimpan foto2, karena itu Dosa. Siabang minta semua foto2 dibakar. Jangan ada yang disimpan. Dan begitulah.. si emak karena tidak mau mengikuti kemauan siabang, akhirnya mempersilahkan anak itu keluar saja. Si adik yang ketakutan, saat itu dia SMA, cuma bisa mengunci diri dikamar sambil menyembunyikan koleksi Action Figure nya yang beberapa sempat di banting pecah oleh si abang. Si adik yang merupakan sahabat ponakan gue, dikemudian hari cuma bisa curhat pada ponakan betapa sedihnya dia karena kehilangan sosok abang yang rock n roll, gondrong jeans robek2 dan jago gitar. Semua itu musnah karena terpapar radikalisme. Di kampus. Si Abang akhirnya emang ga pernah lagi pulang. Nginep di mesjid kampus. Dan di mesjid2 komunitasnya.

Masih minta duit, si adik disuruh antarin duit ke kampus. Dan kuliah ga kelar2 karena sering bepergian ke Solo dan ntah kemana. Si adik pernah cerita pada ponakan, betapa ibunya sering nangis. Dan mereka berdua ketakutan setiap mendengar ada Bom Bunuh Diri, karena takut pelakunya adalah si abang. Tapi sepertinya sih dia belum mau jadi boomber, karena kayaknya ada cewe yang dia taksir, gituh curhat lega si adik ini ke ponakan gue. Ponakan gue ikut sedih karena bagaimanapun ponakan gue ini juga termasuk yang ngefans dengan si abang yang dulu rocker banget. Begitulah sepenggal cerita tentang anak yang terpapar radikalisme garis keras. Lepas sudah tak mungkin kau rengkuh, karena komunitasnya kini keluarganya. Bukan dikau, yang melahirkan. Ga dianggap. Karena Rumahmu penuh foto dan musik, maka kau bukan keluargaku lagi.,

Mungkin begitu ya pikiran si abang. Gue tak tau lagi bagaimana kisah tentang si abang. Kita ga berani bertanya. Tentu saja masih di komunitas itu, krn si adik yang kini sudah tamat kuliah dan sudah bekerja, tak lagi pernah curhat tentang si abang. Mungkin mereka sudah saling melepaskan. Tapi tentu kesedihan dan keresahan seorang Ibu, ga pernah berakhir.. Pasti Tetep khawatir, ketika ada kejadian Bom, apakah itu anakku yang bertugas jihad? Huff..***

Pesen dari cerita nyata ini adalah.. waspadalah terhadap kaum yang haramkan Musik. Itu juga include haramkan foto2.. Itu juga haramkan patung2 dsb dsb.. Runtuh Rumahmu bila mereka2 ini banyak dan menguasai Dunia. So.. jangan bertenggang rasa terhadap bibit2 radikalisme. Karena bila si bibit ini adalah anakmu, nangis darah kau Mak.. Beneran.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed