by

Bertemu Empat Mata

Tahun 2019 misal muncul lagi. Tunggangi Prabowo. Muncul ‘tagar’ macam2. Presiden pilihan ijtima ngulama, partai allah, keluhan ‘siapa lagi yang akan menyembahMu . . .’
Memang mesti bau2 ‘sarngi’. Prabowo ‘kalah’ dalam Pilpres. Demo ber-darah2 KPU pun bernuansa ‘sarngi’.
Prabowo kharismatik dan ‘sarngi’ yang dicintai ? Mbèlgèdhès ! Sejarah pun mencatat. Prabowo ditinggalkan karena ‘bergandeng tangan’ dengan Jokowi. ‘Mereka’ punah ? Ndak. Cari lagi tunggangan yang lain . . .
Ketika KAMI muncul, mereka tunggangi pula dengan segera. Namun KAMI ‘layu sebelum berkembang’. Lalu ditinggalkan. Nemu kuda beban yang lain.
MRS dan FPI sekarang yang dipakai. Jadi jangan salah kira jika keriuhan penyambut MRS di Bandara Soetta, Tebet, Petamburan, dan Mega Mendung, itu semua simpatisan FPI atau pecinta MRS. Bukan . . .
Mereka adalah simpatisan ‘wahabi’ dan kilapah . . .
FPI dan MRS terlalu percaya diri. Masyarakat pun terlalu ketakutan. Nantinya jika MRS dan FPI ‘dikebiri’, akan segera ditinggalkan. Hantu2 ‘wahabi’ dan kilapah akan segera pula cari ‘inang’ yang lain . . .
Terus saja begitu, kayak ulat, kepompong, dan kupu-kupu . .
Biasa itu. Lihat saja Mesir dan Turki yang sudah terbiasa hadapi ‘mereka’. Atau Penguasa Filipina bagian Selatan. Ndak ada dalam kamus mereka ‘bertemu empat mata’, berdialog, rekonsiliasi.
Lagipula dengan siapa ? Tak ada yang layak dan bisa mewakili sebuah ‘ide’. Persis seperti jika Jokowi berdialog klaim sebagai wakil ‘ide’ Pancasila’. Jokowi, seorang diri bukan wakil Pancasila, bahkan jika ditambah seluruh anggota kabinetnya. Tambah Polisi. Tambah lagi TNI. Wong Pancasila itu milik bersama dan konsensus seluruh anak negeri . . .
Jadi, Cak Nun salah mengerti. Sebuah ‘ide’ ndak bisa diajak dialog. Karena ‘ndak nyata’. Bisa menjadi kenyataan kalau ada kepala dan hati seseorang yang ‘terinfeksi’, yang lalu ‘beraksi’.
Agar ndak berbahaya, setiap ada orang yang ‘terinfeksi’ paham wahabi dan kilapah, jika sudah tidak lagi berupa ‘wacana’ tapi sudah berpotensi jadi ‘bencana’, cuma satu obatnya.
Di pithêsi !
 
Sumber : Status Facebook Harun Iskandar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed