Oleh : Agung Wibawanto
Sederhananya, penguasa itu sudah pasti pemimpin (setidaknya melekat fungsi leadership), namun seorang pemimpin tidak harus berwatak penguasa. Penjelasan ini jika disampaikan ke Idoy Mlehoi sudah pasti gak bakal nyambung. Begini. Leadership atau kepemimpinan adalah sifat dan memiliki fungsi memimpin (lebih kepada manajemen). Bagaimana pemimpin dapat mengatur seluruh perangkat di bawah kewenangannya guna mencapai tujuan tertentu.
Banyak teori kepemimpinan yang bisa dipelajari, namun pada akhirnya akan bergantung atau dipengaruhi oleh karakter si pemimpin itu sendiri (sesuatu yang melekat pada jati diri, bisa juga diistilahkan kepribadian). Nah, adapun “penguasa” merupakan salah satu tipe dalam kepemimpinan. Lawan dari tipe penguasa ini adalah: pelayan (melayani) dan partisipatif. Sebagaimana penyebutannya, “penguasa” lebih menunjukkan posisi (menguasai semua-muanya). Wataknya rakus, ambisius, suka menyuruh (komando), melimpahkan tanggungjawab kepada bawahan, tidak suka kritik (reaksioner), formal prosedural, namun biasanya jago menggerakkan (mobilisasi karena doktrin).
Hal ini tentu berbeda dengan pemimpin yang bertipe melayani dan partisipatif. Pemimpin seperti ini justru dianggap “lemah” karena cenderung melayani dan mau mendengar bawahannya. Mau turun tangan langsung memastikan kinerja bawahan, tidak banyak bicara, tidak suka menyuruh melainkan menunjukkan. Orang mau mengikuti bukan karena takut melainkan kesadaran berpartisipasi. Tipe ini juga tidak suka akan suasana formal prosedural dan rutinitas, sebaliknya lebih informal dan kreatif.
Dari sisi manajerial sangat kuat, meski dari sisi politik tidak terlalu jago. Namun karena ketenangannya, acap kali justru bisa mengecoh dan mengungguli lawan politiknya.Jika di awal belum mengetahui mana orang bertipe penguasa dan mana yang pemimpin melayani, maka dengan ciri-ciri yang disampaikan jadi lebih paham. Lalu apa? Ini bukan benar salah, baik buruk ataupun berguna atau tidak. Ini soal pilihan, kamu lebih suka yang model penguasa atau pelayan?Memilih produk sebaiknya tidak hanya melihat casingnya saja, tapi bagaimana kualitas software yang gak terlihat dari luar
. Tapi bagi konsumen yang lebih tertarik dengan cover ya terserah juga, karena pilihan. Jika tidak suka yang berkualitas, cukuplah puji-puji covernya yang bagus. Sebaliknya demikian. Pilih sesuka hatimu, beli lalu bungkus bawa pulang. Jika hasil tidak sesuai ekspektasi, cukup pula jadi deritamu saja jangan bawa-bawa orang lain untuk mengeluhkan hal yang sama. Contoh hp ku ini jangan sampai menguasaiku, tapi ia lebih berfungsi melayani meski casing sudah buluk. Ia tidak perlu bergengsi tapi bisa berfungsi. Tabik.————————————-
Sumber : Status Facebook Agung Wibawanto
Comment