by

Beda Madzhab

Oleh Ahmad Sarwat

Salah satu tontonan yang paling bikin saya puyeng adalah drama sinetron atau drama Korea. Bukan berarti saya ingin merendahkan para penggemarnya, yaitu dalam hal ini istri saya sendiri.

Tapi gimana ya, mungkin karena saya kurang mampu memahami logikanya. Buat saya ada banyak hal yang kurang bisa saya terima secara logika. Itu aja sih masalahnya.

Makanya kalau nonton sinetron ataupun Drakor yang ceritanya meliuk-liuk kayak gitu, saya suka nggak sabaran, langsung ambil remot dan masuk ke season terakhir dan episode terakhir.

Sekedar ingin tahu endingnya saja. Kalau sudah tahu ya sudah, ngapain pakai nangis-nangis segala. Toh ujung-ujungnya kan selesai juga.

Tentu saja istri saya protes, sebab ketika dia lagi asyik nonton Drakor sambil mewek-mewek, saya langsung spoiler aja. Tenang saja, nanti endingnya akan begini dan begitu, kata saya.

Yah gak seru kalau belum apa-apa sudah dibocorin duluan. Jelas istri saya protes.

Saya cuma bilang gini : Habisan males banget mengikuti alurnya yang sedemikian lambat, kayaknya shooting dan editingnya sengaja dilama-lamain.

Masak 20 menit durasi, adegannya masih itu-itu juga, setting lokasinya masih sama. Boring banget lah nontonnya. Speednya slow motion banget, tidak sat-set.

Memang dalam bab perfilman, saya dan istri rada beda mazhab sih sejak awal. Dan itu mungkin dipengaruhi karena beda Ushul fiqihnya juga. Bahkan mungkin perbedaan qiroahnya juga.

Namun di depan TV ada juga sih acara yang kita bersepakat dengan status : muttafaqun alaihi, misalnya nonton : Lapor Pak!!!

Pasukin . . .

Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed