by

BBM Satu Harga Adalah Soal Keadilan

Pertamina terus bergerak menyelesaikan pembangunan beberapa lembaga penyalur yang telah memasuki tahap finishing. Untuk merealisasikannya, perlu proses yang cermat. Bukan hanya mengandalkan pembangunan fisik lembaga penyalur, namun perlu memperhitungkan berbagai aspek seperti pemetaan lokasi, perizinan, pencarian mitra, akses distribusi, dan kesiapan infrastruktur pendukung.

Sebagai contoh untuk mendistribusikan BBM di Kecamatan Paloh, Kabupatan Sambas, Kalimantan Barat, Pertamina harus mengirim BBM dari Terminal BBM Pontianak yang berjarak 260 kilometer dengan waktu tempuh hingga delapan jam. Medan pendistribusian masih berupa aspal kasar dan tanah, membuat perjalanan sulit ditempuh oleh truk tangki Pertamina dan berpotensi terperosok terutama dalam kondisi hujan.

Truk tangki juga harus menyeberang sungai menggunakan kapal feri yang harus disewa khusus sehingga biaya angkut BBM per liter menjadi tinggi. Satu kali perjalanan, truk tangki dapat memuat 8.000 liter BBM. Di Papua pengiriman BBM dilakukan dengan moda transportasi udara dengan biaya kisaran Rp 5.000-Rp 30.00/liter.

Untuk mewujudkan ketersediaan energi, Pertamina harus merogoh kocek sekitar Rp 800-Rp 1 triliun per tahun. Namun Iskandar menggarisbawahi, meski perlu biaya besar, namun perlu dilihat dari efek perekonomian di lokasi sasaran yang makin bergeliat.

Penyebaran BBM Satu Harga yang telah terealiasi 11 titik di Papua dan Papua Barat, 5 titik di Kalimantan, 3 di Sulawesi, 3 di Maluku, 2 di Sumatera, 2 di Jawa dan 3 titik di Bali, NTB serta NTT.

Kini ketika Pertamina berkomitmen mewujudkan energi berkeadilan melalui BBM Satu Harga, sudah seharusnya semua pihak memiliki semangat yang sama, agar BBM Satu Harga terdistribusi secara tepat sasaran dan memberikan efek positif bagi masyarakat. Tentunya perlu dukungan berbagai pihak, agar energi yang ditujukan bagi masyarakat di wilayah 3T tidak tercederai oleh ulah sekelompok oknum untuk mendapatkan keuntungan semata.

Program Indonesia Satu Harga: harga di pengecer sebelum ada penyalur resmi:

– Kec. Pulau-pulau Batu-Nias Selatan- Sumatra Utara, semula Rp 9.000 per liter
– Kec. Siberut Tengah-Kep. Mentawai- Sumatra Barat, semula Rp 7.000 – 8.000 per liter
– Kec. Karimun Jawa-Jepara-Jawa Tengah, semula Rp 8.000 per liter
– Kec. Raas-Sumenep-Jawa Timur semula Rp 10.000 per liter
– Kec. Labuhan Badas-Sumbawa-NTB, semula Rp. 7.000 – 8.000 per liter
– Kec. Wangiapu-Sumba Timur- NTT, semula Rp 8.000 – 9.500 per liter
– Kec. Long Apari-Mahakam Ulu- Kalimantan Timur, semula Rp 15.000 – 18.000 per liter
– Kec. Wangi-wangi -Wakatobi- Sultra, semula Rp 7.000 – 8.000 per liter
– Kec. Moswaren-Sorong Selatan-Papua Barat, semula Rp 12.000 – 15.000 per liter
– Kec. Bere Bere-Morotai Utara- Maluku Utara, semula Rp 10.000 per liter
– Kec. Kayoa Barat-Halmahera Selatan-Maluku Utara, semula Rp.15.000-18.000 per liter
– Kec. Amalatu Kabupaten Seram Barat-Maluku, semula Rp. 15.000-18.000 per liter
– Kec. Distrik Pania Barat- Paniai-Papua, semula Rp. 12.000 per liter
– Kec. Jagoi Babang- Bengkayang-Kalimantan Barat, semula Rp 8.000-10.000 per liter
– Kec. Krayan Kabupaten Nunukan-Kalimantan Utara, semula Rp 40.000 per liter
– Kec. Danau Sembuluh Kabupaten Seruyan- Kalimantan Tengah, semula Rp 11.000-15.000
– Kec. Melonguane- Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, semula Rp. 10.000-11.000 per liter
– Kec. Puncak-Papua, semula Rp. 50.000-100.000 per liter
– Kab. Yalimo- Papua, semula Rp. 20.000-50.000 per liter
– Kab. Ndunga- Papua, semula Rp. 20.000-50.000 per liter
– Kec. Mambremo Raya- Papua, semula Rp. 30.000-50.000 per liter
– Kab. Mambremo Tengah – Papua, semula Rp. 30.000-60.000 per liter
– Kab. Tolikara- Papua, semula Rp. 20.000-50.000 per liter
– Kab. Intan Jaya- Papua, semula Rp. 30.000-60.000 per liter
– Kab. Pegunungan Arfak- Papua, semula Rp. 15.000-30.000 per liter

Sumber : Status facebook Awan Kurniawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed