by

BBM Naik? Terus?

Oleh : Arya Hadi Darmawan

Mari tetap bijak kita sikapi kenaikan harga BBM bersubsidi ini.

Saya paham betapa jengkelnya perasaan mbak dan mas semua (juga mas Abi Annisa) saat melihat oknum pejabat yang korup di negeri ini. Sama seperti kita jengkel melihat oknum guru ngaji yang diberitakan memperkosa santriwatinya. Kita juga jengkel melihat mobil mewah “minum” Pertalite bertarif subsidi seenaknya di SPBU.

Sekalipun jengkel, kita harus bijak bahwa tak lantas semua pejabat itu korup. Pun, tak lantas semua guru ngaji itu suka melecehkan secara seksual para santriwatinya. Pun, tak lantas semua pemilik mobil suka mengkorupsi dengan mengambil bensin subsidi pertalite (hak warga lapisan menengah bawah) untuk mobil mewah mereka. Kita tetap yakin, bahwa jumlah orang baik, lebih banyak daripada jumlah orang yang berperilaku buruk.

Jika ada yang marah-marah lalu menginginkan semua hal berlabel subsidi ditiadakan, maka mari berpikir ulang.

Subsidi ini adalah mekanisme distribusi kelimpahan ekonomi dari lapisan atas ke lapisan bawah masyarakat. Konsep subsidi ini dalam agama Islam, mirip atau setidaknya diinspirasi oleh konsep sedekah. Memang tidak sama persis. Tetapi semangatnya, negara mengelola dana para warga yang dibayarkan melalui pajak, untuk pembangunan, untuk gaji para guru, anggota TNI, Polri, Jaksa, Hakim dst. dan sebagian untuk membantu orang-orang tak berpunya. Membantu lapisan bawah masyarakat melalui subsidi (subsidi BBM, subsidi pupuk bagi petani, subsidi pendidikan bagi murid sekolah hingga mahasiswa dst). Demikianlah, negara memastikan kesejahteraan bagi warga lapisan bawah.

Ambil contoh saja subsidi pendidikan. Bisa dibayangkan mbak/mas semua, bila subsidi pendidikan harus dihapuskan hanya karena kita emosi atas adanya oknum yang korup, maka kebodohan langsung membayang. Betapa tidak. Pendidikan gratis yang saat ini dinikmati anak-anak sejak SD, SMP, SMA dan juga subsidi SPP untuk mahasiswa S1 di seluruh PTN di Indonesia adalah subsidi pendidikan bagi warga lapisan lemah. Pelajar dan mahasiswa hakikatnya adalah warga lapisan lemah di negeri ini. Mereka harus dibela. Jika kita tiba-tiba menghapuskan subsidi pendidikan, maka tak terbayangkan betapa jadi mahalnya biaya pendidikan di negeri ini. Masyarakat lantas harus membayar biaya pendidikan secara harga pasar atau harga kesetimbangan pasar yang mahal. Harga pendidikan jadi amat tinggi, bagi rata-rata warga di negeri ini. Para orang tua kebanyakan, pasti akan tercekik perekonomiannya. Akankah hal ini kita lakukan? Jawabannya, tidak samasekali.

Pun demikian dengan subsidi BBM. Kita tetap akan jalankan untuk teman-teman kita para abang ojeg, sopir angkot, sopir mikrolet dst. Kita harus bantu mereka dengan subsidi BBM ini. Bahwa ada warga yang korup yaitu pemilik mobil mewah yang “meminumkan” pertalite ke mobil mewah mereka, yang artinya mengambil hak orang lemah (sopir angkot) tadi, itu tak lantas subsidi BBM harus kita cabut. Warga yang korup itulah yang harus ditertibkan. Ditertibkan dengan aneka cara tentunya.

Kita berantas perilaku korupsinya, bukan sistem subsidinya.

Demikian salam semangat. Mari kita selalu terus mencintai warga kita dari lapisan lemah di negeri ini. Mereka harus kita bantu.

Salam pagi

Sumber : Status Facebook Arya Hadi Dharmawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed