by

Awas, Cyber Army Mau Lewat

Oleh : Karto Bugel

Percaya atau tidak, kita bukanlah bangsa dimana rakyatnya terbiasa atau terdidik dengan budaya debat atau diskusi. Kita lebih sering terlihat mencari sosok panutan untuk diikuti bahkan ditiru dibanding mencari benar menurut cara kita sendiri. Dan maka, kita juga mudah dibuat marah bila sosok panutan kita diremehkan apalagi dihina. Dan maka, teriakan marah sering berlanjut dengan persekusi atau main hakim sendiri dibanding mencari klarifikasi atau tabayun. Tak sering ada hadir dan tersisa ruang debat kita sisihkan sebagai cara kita menyelesaiakan konflik.

Menang menangan menjadi kebiasaan dan kekerasan fisik bukan lagi AIB bagi budaya dan kemanusiaan kita. Namun spontan kita akan menolak bila istilah “barbar” serta merta disematkan bukan? Demikianlah makna Cyber Army yang digagas oleh MUI DKI dihadirkan. Budaya siapa kuat dia menang, ingin dilanggengkan untuk merubah paksa tatanan diskusi dan debat di media sosial sama seperti kebiasaan banyak pihak pada dunia nyata. Siapa pun yang tak sepaham wajib hukumnya untuk dimusnahkan. Adakah ini tak sejajar dengan makna persekusi pada dunia nyata yang sering kita dengar dilakukan kelompok tertentu?

Esensi menang pada sebuah perdebatan adalah keduanya mendapat perspektif baru sebuah kondisi. Tak ada sebuah keharusan kalah atau menang dalam diskusi atau debat. Dalam debat kita dapat mencapai kesepakatan dengan saling tak sepakat. Kita bersalaman tanpa harus turut membenarkan apa yang menjadi keyakinan lawan debat kita. Kita tetap berteman meski tak harus sepaham. Itulah makna kita berbeda. Itu makna indah warna warni kehidupan kita. Itu adalah harmoni kehidupan sebagai kekayaan yang layak menjadi milik kita.”Jadi, hanya demi menguasai ruang media sosial demi Gubernurnya, Cyber Army itu dibentuk dan dimodali oleh Pemda DKI sebesar 10 miliar rupiah?”

Ketua MUI DKI Jakarta Munahar Muchtar mengumumkan bahwa pihaknya akan membentuk Cyber Army dimana salah satu maksudnya adalah untuk membela Anies Baswedan di media sosial. Menurut Munahar, pasukan siber itu nantinya juga akan digunakan untuk melindungi tokoh-tokoh yang telah berjasa terhadap kemajuan Jakarta.Terkait dana dari Pemda DKI sebesar 10 miliar, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menegaskan bahwa dana yang diberikan kepada MUI DKI Jakarta tidak ada kaitannya dengan pembentukan tim siber MUI DKI. Anggaran tersebut berasal dari dana hibah Pemprov DKI Jakarta senilai Rp 10,6 Milyar rupiaj. Itu berkali lipat jumlahnya jauh lebih besar dari dana yang dihibahkan ke PWNU dan Muhamaddiyah yang masing-masing bernilai 2,07 miliar dan 1,89 miliar. “Benarkah?”

Bila niat Ketua MUI DKI Jakarta membentuk Cyber Army dimana salah satu maksudnya adalah untuk membela Anies Baswedan di media sosial adalah alasan yang dia ungkap, itu memang sangat memperhatikan.Itu seperti sosok yang tak memiliki kapasitas debat dan kemudian kalah, lalu berikrar dalam marah melakukan perang. Dan bukan mustahil bila dalam waktu dekat ini akan terjadi pennumbangan akun-akun pada banyak media sosial secara berjamaah. Lalu bila itu benar terjadi, tak adakah hubungan dengan pasukan siber bentukan itu?Akun tuiter anda tiba-tiba suspend dan akun fb anda tiba-tiba dalam mode remembering atau tinggal kenangan.

Perang opini berubah bentuk menjadi perang pemusnahan akun. Dalam dunia nyata, itu seperti bentuk persekusi pada seseorang yang dianggap berbahaya.Dan pembentukan Cyber Army ini jelas tak berbiaya murah. Butuh keterlibatan banyak orang sebagai pasukan dengan smartphone nya. Butuh lebih dari 5 hingga 10 akun dengan smartphone yang juga banyak yang harus dimiliki oleh masing-masing orang. Dan itu tidak gratis. Itu butuh dana tak sedikit untuk membayar banyak buzzer, koordinator, hingga influencer dengan gaji yang sangat bervariasi.”Trus duitnya dari mana?”

Yang jelas, membuat tumbang akun-akun mereka yang tak sepakat dengan kita bukan bentuk bahwa kita kuat. Itu kampungan bahkan barbar.Budayakanlah diskusi. Bahkan bila harus dengan debat panas. Debat kita buat demi wawasan kita yang semakin luas bukan memaksakan kehendak karena harus menang. Masyarakat beradab adalah masyarakat yang tidak sebentar-sebentar ngamuk hanya demi pemaksaan kebenaran pribadi dan kelompoknya saja.Yang jelas, Wagub Riza sudah menyatakan bahwa tak ada keterkaitan dana hibah 10,6 miliar tersebut dengan pembentukan Cyber Army oleh MUI DKI yang menerima duit hibah itu.

Bahwa rasa curiga masyarakat terkait dana hibah itu sangat terhubung dengan pembentukan Cyber Army dimana salah satunya adalah demi melindungi Anis yang nota bene adalah juga sosok Gubernur yang berada dibalik kebijakan dana hibah tersebut, itu sangat masuk akal. Itu seperti hal yang memang seharusnya. Ada kait mengait yang harus dijelaskan dengan data bukan MARAH apalagi ngamuk. Buktikan saja bahwa Cyber Army bentukan MUI DKI itu bukan alat anti perbedaan sekaligus tak membebani warga DKi Jakarta dengan uang pajaknya yang dimanfaatkan dengan bijak oleh Gubernurnya.Dan itu sangat mudah, AUDIT saja…RAHAYU.

Sumber : Status Facebook Karto Bugel

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed