by

Apakah Semua Hal Harus Diukur dengan Agama?

Oleh : Deni Ardian

Sebagian orang (termasuk saya) merasa pusing dan rungsing menyaksikan sekelompok orang lain yang segala sesuatunya mereka ukur dengar doktrin agama. Yang bikin rungsing dan pusing itu karena mereka menggunakan dalil sesukanya dan salah kaprah penerapannya. Misalnya bagaimana kulkas dan plastik diukur halal haramnya, obat-obatan didalili hala haramnya, bangsa Arab lebih mulia dari bangsa lainnya, bahkan kebejatan dihalalkan atas nama agama. Jelas bikin pusing dan rungsing.

Akibatnya di pihak lain, orang-orang yang biasa dipusing-rungsingkan tersebut menghubung-hubungkan pula segala sesuatu yang seharusnya netral dengan jargon agama. Biasanya dengan maksud becanda (nggodain yang serba agamis).

Contoh, dalam menyaksikan sepak bola piala dunia. Arab Saudi menang dari Argentina dikatakan karena kekuatan doa. Non-Timteng yang menang dikatakan karena timteng banyakan dzikirnya dari pada usaha. Atau, ternyata Tuhan berpihak ke kafir. Dsb.

Ujung-ujungnya kedua pihak jadi sama aja, yaitu mencampurkan dua masalah yang seharusnya terpisah. Yang sebelah sana karena alasan keyakinan, yang sebelah sini dengan alasan becandaan. Tapi ya sama aja, gak bisa bersikap netral sesuai objeknya.

Buat saya pribadi (yang cukup “bawel” bila ada orang yang kemana-mana bawa paham agamanya), agama adalah agama. Dia ada wilayahnya. Gak perlu ngerecokin Pancasila, misalnya. Demikian pula sebakbola. Saya perlakukan dia dengan netral apa adanya, tanpa dibumbui sentimen agama. Saya nikmati saja permainannya. Negara manapun yang tampil bagus, itu karena tekad dan usahanya. Gak ada hubungannya dengan religion.

Saya penggemar Argentina. Argentina kalah dari Arab Saudi karena Arab Saudi maen bagus. Titik gak ada koma. Ini olahraga.

Demikian dan selamat menikmati Jerman vs Japan…

Sumber : Status Facebook Deni Ardian

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed