by

Antara Tiongkok dan Islam

Contoh :

Penelitian itu kan perintah Islam, lalu kenapa kita tidak memakai hasil penelitian orang Eropa ? Dulu ~ sebelum orang Eropa maju, yang bisa meneliti dalam bidang kedokteran, matematika, gizi dsb diteliti oleh ulama-ulama Islam. Oleh karena itu, ambillah hikmah dari mana saja, asal hikmah itu benar menurut syariat Islam. Jadi ~ tidak bagus kalau ada orang yang membeda-bedakan antara daerah Islam dengan daerah yang tidak Islam. Karena di daerah Islam itu ada tauhid, namun ada kelemahan; sedangkan di daerah yang tidak Islam, ada kekufuran, namun ada kelebihannya. Hanya saja, sampai hari ini, orang-orang Timur Tengah, masih juga membagi peta antara Negara Islam dengan Negara tidak Islam, padahal mutiara-mutiara Islam sebagai agama, telah tercecer di sana-sini, karena tidak dipegang oleh orang muslim di negara Islam itu sendiri.

Ketika saya masuk Somalia, penduduknya begitu miskin … Kalau di sana ada orang bisa makan cukup setiap hari, itu sudah Alhamdulillah … Padahal Negara ini mempunyai tambang-tambang yang banyak. Ini semua mengingatkan kita, kenapa Negeri Islam penduduknya miskin-miskin sedangkan penduduk di daerah non-muslim kok tidak demikian. Ilmu memang ada di sini namun yang melakukan adalah orang di luar Islam …

Jadi ~ ilmu etos kerja, ilmu penelitian dan kerja keras adalah Islami. Mereka yang melakukan ilmu itu, meskipun ndak pakai syahadat; sedangkan di Negara-negara Islam pakai syahadat tapi ilmunya tidak diamalkan.

Jadi ~ kalau syahadat itu ibarat lokomotif, sedangkan gerbongnya adalah ilmu. Baik lokomotif maupun gerbong, itu sama-sama diperlukan. Kalau ada lokomotif ndak pakai gerbong, itu kan lucu …

Akhirnya di Negara-negara Islam, penduduknya bertentangan karena selisih paham, saling bunuh-membunuh karena selisih aliran dsb.

Jadi ~ Islam yang kaffah itu bukan Negara harus di-stempel Islam, namun unsur-unsur ke-Islam-an yang harus diterapkan di Negara itu.

Nah, sekarang itu, golongan seperti Hizbut Tahrir, FPI dsb. mengatakan bahwa Islam Kaffah adalah kalau Indonesia yang dihuni oleh banyak orang Islam ini, distempel Islam; Ndak peduli apakah masyarakat di dalamnya itu menjadi maling atau tidak. Padahal yang akan dihisab nanti adalah orang-perorang, bukan institusi …

Jadi yang harus bertanggung jawab adalah individu, bukan nation state-nya.

Baru pemahamannya saja, mereka sudah menceng dan tidak karu-karuan …

Mereka itu sebenarnya tidak kaffah, tapi merasa paling kaffah.

Kemarin saya didatangi oleh Redaktur Majalah Sabili;

Saya dikritik karena saya kok masih mempertahankan Pancasila, kenapa kok tidak setuju dengan Khilafah, berarti tidak kaffah … Lalu saya jawab : “Lho ~ yang dimaksud kaffah bukan simbolistik-simbolistik, melainkan hikmah-hikmah Islam yang berserakan, kemudian dijadikan satu, itulah Islam kaffah.

Untuk mengerti bahwa shadaqah itu penting, kita cukup membaca Hadits. Akan tetapi untuk menciptakan masyarakat yang mampu bersedekah, maka tidak cukup hanya dengan menghafalkan Hadits-hadits, karena itu adalah proses perjuangan ekonomi kerakyatan.

Sementara sekolah-sekolah Islam yang di Timur Tengah, isinya menghafal saja, sehingga berhenti sampai hafalan, tidak pada aktualisasinya …

Dino-dino omongane dalil, (sehari-hari bicara dalil ~ red.) tapi dalil iku gak tahu dilakoni. (tidak pernah dilakukan ~ red.)

Semua ini menjadikan saya termenung …

Sudah berapa Negara yang saya kelilingi, saya kira sudah lebih dari 40 Negara. Namun ~ untuk kunjungan ke RRT, rasanya lain bagi saya.

Bagaimana tidak … ? Mereka punya sesuatu, tapi tidak mau pakai; Mempunyai etos kerja tinggi, tetapi hidup sederhana; barang yang terbaik untuk dijual, sedangkan yang asal jadi, dipakai sendiri.

Mereka juga jarang yang mau pakai sepeda motor, karena mengakibatkan polusi dan tidak sehat. Maka dari itu, umure wong Tiongkok iku dowo-dowo, gak mate-mate sampek tuek tuyuk-tuyuk, (umur orang Tiongkok itu panjang-panjang, tidak mati-mati sampai tua ~ red.) bahkan mencapai usia lebih dari 100 tahun.

Jadi ~ budaya kita ternyata tidak produktif.

Bagaimana kita bisa mempunyai budaya yang produktif, tapi etis dan tauhidi dan Islami, ini baru menjadi bangunan dari fiddunya hasanah wa fil akhriati hasanah.

Sumber : Status Facebook Satria Darma

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed