by

Antara Ghirah dan Amarah

Mendengar jawaban seperti itu, si musuh tersungkur menangis sambil memegang kaki Sayyidiana Ali sambil berkata: “Ajarkan aku Syahadat.”

Dari riwayat di atas, kita dapat melihat jelas antara Ghirah dan Amarah, adalah dua hal yang berbeda. Tetapi saat ini sebagian umat justru masih saja mencampur adukkan antara Ghirah, Amarah dan bahkan juga Syahwat Politik. Undangan konsolidasi beragendakan “Ahokkan Sukmawati” jelas tersirat nuansa amarah. Mirip saat muncul agenda “GusDurkan Jokowi” pada aksi terdahulu yang menunjukkan betapa sempitnya pemahaman mereka tentang Ghirah. Belum lagi bicara masalah Adil sebagai ciri orang-orang yang bertaqwa. Apalagi tentang Nilai-Nilai Universal “Islam Rahmatan lil ‘Alamin”.

Oke, jika mengaku sudah paham tentang Ghirah, wani ora antum melaporkan Nur Sugik yang jelas-jelas melecehkan Al Qur’an dengan menafsirkannya melalui metode model ala togel? Atau malah menggoreng isu puisi Sukmawati meski sudah dilaporkan ke Polisi karena mumpung ini dalam suasana tahun politik?

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian saksi yang adil karena Allah. Dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menghalangi kalian berlaku adil. Berlaku adil-lah, karena perbuatan adil itu lebih dekat kepada taqwa.” ( Al-Maidah: 8 )

Sumber : Status Facebook Fadly Abu Zayyan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed