Oleh : Nikmatul Sugiyarto
“Pak Anies ini kan sebenarnya sisi lain dari Pak Jokowi. Itulah yang dikhawatirkan bahwa dia tidak akan melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh Pak Jokowi,” ungkap Zulfan Lindan. Kalau orang yang berpikir rasional pasti juga berpendapat seperti itu, karena melihat apa yang terjadi.
Tapi memang namanya orang, ada saja yang menutupinya. Entah matanya, logikanya, hatinya, dan indera atau rasa lainnya.
Solo dua periode di tangan Jokowi menjadi asri dalam berbagai bidang ataupun setiap sektornya. DKI Jakarta pun begitu, tapi sayang eks wali kota Solo yang kala itu menjabat sebagai gubernur ibukota, mendapat panggilan untuk mengemban amanah yang lebih besar lagi.
Alhasil harus ada penggantinya. Walau dengan drama yang panjang episodenya, Anies Baswedan lah yang berhasil menduduki singgasana bekas Joko Widodo.
Berjalan dengan start yang penuh kontroversi, seterusnya pun banyak kecacatan dalam setiap perjalanannya memegang ibukota.
Bahkan karena sosok satu itu amat bernafsu dengan kursi kekuasaan, sebelum masa jabatannya berakhir saja dia sudah mencari tiket menuju panggung demokrasi untuk mendapatkan kursi yang lebih tinggi nan mewah.
Pada pemaparannya mengenai gonjang-ganjing yang menimpa Anies Baswedan, Zulfan menilai Anies bukan sosok yang dicari untuk melanjutkan program Jokowi untuk meraih peringkat “Indonesia Maju” nanti.
Alasan dibalik pengamatan Zulfan itu adalah adanya pembentukan koalisi perubahan yang digagas Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS.
Terbaca sudah koalisi yang mengusung Anies Baswedan menjadi capres nanti akan menggaungkan gerakan perubahan, saat capres yang mereka junjung berhasil menduduki kursi presiden.
Lalu akan menjadi sia-sia jika Anies nanti menggantikan Jokowi, jelas sekali semua akan dilakukan perubahan sesuai apa yang dicanangkan koalisi mereka.
Padahal yang sedang dibutuhkan negara ini siapa gerangan yang akan melanjutkan perjuangan Jokowi, untuk mengganti status Indonesia sebagai negara berkembang menjadi negara maju.
Makanya Zulfan mengatakan ada kemungkinan jika Anies yang menggantikan posisi Jokowi nanti, program yang sudah mati-matian digarap Jokowi untuk mewujudkan Indonesia maju akan berakhir sia-sia.
Politikus itu juga menyayangkan langkah dua partai partner partainya, yang terlalu grusa-grusu untuk menyatakan arah politiknya. Coba tengok perjalanan mereka ke belakang,
Demokrat dan PKS ini memang belum terpantau mendeklarasikan diri untuk mendukung Anies, tapi karena keadaan yang mendesak, keduanya segera berbondong-bondong menggelayuti Nasdem untuk bersepakat mendukung Anies.
Kenapa kukatakan keadaan mendesak, ya karena Nasdem menekan kedua partai itu. Salah satunya dengan koar-koarnya pihak Nasdem bahwa koalisi mereka akan bubar sebelum resmi dibentuk, jikalau PKS dan Demokrat masih ngot-ngotan untuk melakukan pendeklarasian.
Setelah mereka melakukan deklarasi pun, Nasdem malah mencampakkan mereka dengan mementingkan safari politik ke Golkar dan berencana menggandeng KIB untuk maju ke panggung demokrasi nanti.
Wuah, sedih nggak tuh Demokrat dan PKS. Pasti ada rasa kecewa dong, walau cuma sebesar titik yang kupakai untuk mengakhiri tulisan ini.
Jika Zulfan berpendapat perubahan yang digagas Anies dan koalisinya tidak akan melanjutkan program Jokowi, ada satu hal lagi yang akan mendukung ketidakcocokan Anies meneruskan Jokowi.
Lihat saja rekam jejaknya yang melanjutkan kepemimpinan Jokowi di Jakarta, berhasil tidak? So, dapat dipastikan Indonesia nanti akan bernasib sama dengan Jakarta 5 tahun terakhir ini, Jika Anies yang jadi presiden.
Sama halnya seperti tangan kakakku yang disebut ibuku sebagai tangan perusak. Bagaimana tidak dipanggil seperti itu, jika setiap barang yang dipegangnya akan berkurang nilainya.
Niatnya saja ingin memperbaiki suatu barang tapi malah merusak bahkan membuat lumpuh barang yang sudah diotak-atiknya. Makanya, dalam dunia kerja dia harus berhati-hati melabuhkan pilihan.
Cari amannya dia memilih berniaga untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Tidak ada yang salah dengan menjadi seorang pedagang, asal barang dagangannya tidak dibuat neko-neko saja. Pun dengan Anies, dia lihai bersilat lidah, makanya dia cocok menjadi penjual kata tapi sama sekali tidak cocok menjadi kepala negara.
Jauh dari sosok yang jago membangun infrastruktur, membangkitkan perekonomian, dan merakyat. Jadi benar jika Zulfan Lindan, yang membawa nama politikus ini menilai keadaan dalam diri Anies itu tidak cocok menjadi penerusnya Jokowi.
Tapi pendapatnya ini berseberangan dengan partai yang menaunginya. Ya di saat Ahmad Ali dan kawan-kawannya kelimpungan menutupi keborokan Anies, justru dia membeberkan apa yang sedang berusaha ditutupi teman-temannya.
Tapi baru yang seperti itu sih yang bisa dipanggil politikus beneran karena kerasionalannya berpikir dan berpendapat.
Jadi bagaimana kawan setelah adanya cerita pendek ini, apa membuat kalian menetapkan pilihan siapa bakal capres yang cocok dan pantas meneruskan perjuangan presiden Jokowi membawa kalian menuju Indonesia Jaya, oh bukan judul lagu maksudku Indonesia maju, hehehe.
Atau justru kalian masih mantab duduk manis di barisan pendukung Anies Baswedan? Itu semua tentang hak dan pilihan kalian ya, teman. Aku hanya menyodorkan gagasan dan cerita yang terlihat saja, hehehe.
Sumber : Status Facebook Nikmatul Sugiyarto
Comment