by

Analisis Sepotong tentang Kereta Cepat

Oleh: Biakto

Seorang ekonom (katanya) Faisal Basri menganalisa bahwa kereta cepat Jakarta – Bandung sampai kiamat gak balik modal, apalagi ada pembengkakan biaya yg harus di terima.

Kita tidak mengerti cara berpikir seorang intelektual yg memposisikan dirinya sbg pengamat ekonomi, tapi 
isi analisanya seperti sambel terasi.

Saat ini dari data yg ada mobilitas manusia antara JKT dan Bandung mencapai 80 ribu orang, 25 ribunya memakai jasa kereta api dgn waktu 3 jam. Yang lainnya bergerak memakai kenderaan umum, mobil pribadi, dan lain².

Kalau rencana harga tiket 250 ribu, maka investasi kembali dalam 40 tahun. Tapi bila merujuk harga tiket Sinkansen dgn jarak yg sama adalah 680 ribu perak. 

Asumsi pertumbuhan PDB per kapita Indonesia 5 tahun kedepan menjadi 4.500-5.000 USD. Tentunya hal ini berpengaruh kepada daya beli dan cara berpikir masyarakat dalam bertransportasi. Dan korelasinya kepada harga tiket yg bisa dinaikkan.

Dan bila merujuk kepada tanggung jawab negara, maka tidak semua sektor publik dirujuk pada B to B, dan profit oriented. Disana akan terjadi subsidi silang dan kehadiran negara utk rakyat.

Kalau semua mau dihitung untung rugi, kapan kita untung saat membangun Papua. Subsidi BBM saja mencapai triliunan per tahun, belum lagi yg lain.

Jadi kalau buat analisa ya jgn sepotong sepotong, akhirnya jadi analisa bodong.

Apa karena yg invest China dan rencana pakai APBN. Lha daripada APBN di curi kan lebih baik buat subsidi.

Gitu ya Sal.. Jangan kasi tau RG nanti ngaceng dia.

(Sumber: Facebook Biakto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed