” Bangun Nak!,” Teriak AKBP Rony Faisal yang berlari kearah bocah yang mencoba bangkit merangkak dalam kondisi setengah pingsan. Detektif itu bergegas mendekati sang bocah, mengesampingkan parameter yang wajib dilakukan polisi seusai ledakan bom bunuh diri.
Dalam SOP, polisi tidak boleh mendekati lokasi bom bunuh diri karena ada kemungkinan sisa bom yang akan meledak setelah tertimpa bangkai teroris yang mati seketika. Bahkan polisi dilarang mendekati orang yang hidup di lokasi kejadian karena mungkin saja ada bom ditubuh mereka. Termasuk ditubuh mungil yang kemudian dibopong oleh AKBP Rony Faisal menjauhi lokasi dengan berlari.
Bocah perempuan itu diketahui bernama AIS yang dikenali dari tulisan di celana dalamnya. Usianya antara 6 sampai 8 tahun. Bocah mungil itu tubuhnya tidak bersimbah darah dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Bayangkara Surabaya. Kesehatannya berangsur pulih.
AIS jika sudah besar mungkin jadi dokter, pilot,polisi guru atau ustadzah. Dipastikan dia tidak akan seperti orang tuanya yang gelap mata dan hatinya didoktrin oleh pentolan teroris yang sebenarnya bukan manusia tapi binatang memakai jubah Islam.
Kita yakin AIS akan tumbuh kembang menjadi perempuan yang bakal mengumandangkan pahaman Islam moderat.Yang menekankan bahwa agama bukan untuk kematian tapi untuk kehidupan dan kemanusiaan. Rahmatan Lil Alamin yang sebenarnya. Yang menegaskan Teroris dan pembelanya memperkosa Islam. Muslim macam mereka adalah binatang.
Kelak 20 tahun kemudian, kita berharap detektif Rony Faisal yang mungkin sudah pensiun terharu sambil berlinang air mata melihat AIS yang tegas mengatakan, ” Saya bilang begini karena orang tua saya teroris! Dan beliaulah yang menyelamatkan saya…”
*) Tribute untuk AKBP Rony Faisal.
Comment