sunardian wirodono
Raja dan Ratu Di Antara Kita
Sandyakalaning PDI Perjuangan
Bayangkanlah, dua hal yang tak teratasi, dari sejak semula hingga periode kedua Yasona; LP masih suka main-main mata dengan koruptor kelas kakap, dalam memberikan fasilitas dan keringanan. LP juga justeru di beberapa tempat dipakai sebagai pusat pengendalian operasi perdagangan narkoba. Kok bisa dua hal “sepele” itu tak dibereskan?
Hebatnya Sinuhun Totok?
Jauh sebelum itu, sebenarnya banyak kasus. Polisi dipecat gara-gara netijen juga ada. Para ASN pun, kini juga pusing dan jiper, terutama yang pemalas dan korup, dengan adanya medsos. Nggak ngasih senyum dalam pelayanan, bisa diposting di medsos. Seorang ibu berhijab nyolong tanaman di jalan tol, bisa jadi viral.
Menyalahkan Korupsi
Kasus Toto Sudarto
Mengukur Kinerja Gubernur
Dalam literatur ilmu manajemen, kata teman saya, ada banyak metode bisa digunakan. Salah satunya metode Malcom Baldrige (Menteri Perdagangan AS, 1981-1987), yang pada awalnya merupakan penilaian untuk penghargaan yang diberikan Kongres Amerika Serikat bagi organisasi atau perusahaan yang mempunyai komitmen tinggi dalam menjacapai kinerja terbaiknya. We can not manage what we can not measure. Kita tidak dapat mengelola sesuatu yang tidak dapat kita ukur. Artinya, tinggal kita balik: Yang dapat kita kelola, bisa kita ukur.
Membacalah dan Menulislah
Saya berani katakan itu sekarang, karena saya merasa lebih mandiri. Dulu waktu punya ketergantungan media, harus menjaga hubungan baik dengan mereka. Karena kalau redaksi sakit hati, bisa runyam dunia. Saya pernah kerja di media cetak, pernah menjadi redaktur, dan tahu banget ‘situasional’ teman-teman redaksi.
Penyebab Ketidakbecusan
Benarkah isyu (atau masalah) radikalisme tak penting? Karena hanya sekedar pengalihan isu, seperti omongan Fadli Zon? Atau karena yang lebih penting adalah soal ketimpangan ekonomi, juga ketidakadilan?
Persoalannya, kenapa baru sekarang? Bukankah ketidakadilan, kemiskinan, ketimpangan ekonomi di Indonesia sejak rezim Soeharto? Bahkan sejak Sukarno? Kenapa saat itu radikalisme tidak muncul?
Selamat 2019 Beserta 2020
Karena keinginan berlebih, atau ketidakpuasan, keserakahan, juga kemelekatan. Membuat kita semuanya seolah berlomba. Dan tak mau kalah. Atau menganggap dunia kimat ketika kemenangan tak berpihak. Keberuntungan mengingkari. Padahal, bukankah Malaikat Israfil tak akan meniup terompet lagi, karena terompet bikinan Yahudi dan karenanya haram?