Jadi, saat tahun 2016 gubernur Ahok menyatakan akan melanjutkan pembangunan 6 ruas tol dalam kota, itu bertentangan erat dengan ikhtiar kuat untuk membuat Jakarta berpihak kepada transportasi publik, bukan mobil pribadi. Dalam hal ini Ahok ngga konsisten. Karena dulu Jokowi-Ahok menentang rencana gubernur Foke membangun 6 ruas tol dalkot
Lihatlah..
Ke bandara Soetta sekarang bisa lewat 3 ruas tol. Tol Dalkot (Cawang-Tomang-Soetta), tol Wiyoto Wiyono (tol Priok lalu belok kiri di Ancol) dan tol JORR W2. Ditambah sudah ada kereta bandara dari Manggarai. Tak perlu lagi lah menambah ruas tol dalkot
Ruas tol JORR yang sekarang mengelilingi Jakarta cuman “bertahan” 3 tahun mulus dan lancar. Seiring kemajuan ekonomi dan jumlah mobil dan truk yang bertambah, membuat ruas tol berlajur 3 setiap jalur, sudah ngga mampu lagi menanggung kemacetan. Yang kerap lewat JORR pasti tau
Rel, rel dan rel.
Begitulah seharusnya kota metropolitan dibangun.
Jakarta dan Bodetabek, lalu Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Palembang, Batam, Denpasar, Makassar dan Manado. Pemerintah pusat HARUS Fardhu ‘ain mengembangkan jalur kereta dalam kota di kota2 tersebut
Terserah mau trem kek, monorel kek, LRT atau MRT kek. Khusus di Jabodetabek, harus didorong keras memanfaatkan bawah tanah
Jadi..
Sungguh pembangunan tol dalkot Sunter-Semanan (1 dari 6 ruas tol dalkot lanjutan) itu sudah cukup lah. Yang lain ngga usah dilanjut. Kurangi jumlah truk di jalan dengan terus mengefisienkan dan mengoptimalkan jalur kereta barang
Demikian sedikit urun rembug dari saya, remaja 30an tahun
Sumber : Status Facebook Damar Wicaksono
Comment