Papua jelas bertambah baik. Kekurangan gizi memang belum sepenuhnya teratasi tapi upaya tak henti perlu diapresiasi. Dari tujuh presiden Indonesia, cuma Jokowi yang berani menantang bala untuk membereskan kekacauan di sana. Ribuan kilometer jalan beraspal yang dia bangun menjadi bukti tak tersangkal atas cintanya kepada Papua, kepada Indonesia. Dan itu menjadi landasan dalam menyelenggarakan perbaikan.
Perbaikan lain juga dikerjakan dengan menggebu-gebu. Testimoni dari beberapa pelaku kebaikan di sana, yang mengemuka di hari-hari belakangan ini, mengonfirmasinya. Apa Zaadit Taqwa tak tahu? Dia pasti tahu tapi abai, tak peduli. Itu tak bagus, tak jujur.
Menaruh jenderal berbintang dua menjadi Pelaksana Tugas Gubernur di masa pilkada juga bukan kesalahan. Tak ada peraturan dilanggar. Kartu kuning tak layak diberikan. Bahwa sebagian dari kita menilainya sebagai kebijakan tak elok, itu lain perkara. Elok dan tak elok tidak punya konsekwensi hukum, cuma persoalan artistika.
Soal rancangan peraturan Kemendikti yang dinilai Zaadit berpotensi mengganggu kehidupan kampus, saya tak punya data, tak pantas menanggapinya.
Tapi Zaadit Taqwa sudah jadi perhatian publik. Ia perlu memanfaatkan momentum ini bagi kebaikan Indonesia, bagi pemulihan segala syak dan wasangka:
Zaadit, sebaiknya kamu terima tawaran Presiden Indonesia untuk berkunjung ke Papua. Sebelumnya, bersihkan dulu hatimu, pastikan dua matamu terbuka lebar. Kamu juga perlu menjamin nalarmu cukup jernih untuk melihat keadaan di sana dan menarik kesimpulan yang serba-cakup.
Berangkatlah. Jangan tunda. Setelah itu tulis laporanmu dan berikan langsung ke tangan Presiden Indonesia sebagai pertanggungjawaban atas dana yang kamu terima. Kabarkan apa adanya. Jika derap kerja dan kemajuan kamu temukan di Papua, jangan ragu mengumandangkannya kepada kami semua. Jika masih ada kekurangan, nyatakan, tak perlu cemas.
Dengan itu kamu menjadikan dirimu sebagai bagian dari Indonesia Kita. Negeri ini tak boleh kehilangan kamu.
Sumber : Status Facebook Sahat Siagian
Comment