by

Waktu Lebaran: Tirulah Sikap Gus Dur dan Pak Harto

Kendati demikian, sebagaimana diungkapkan oleh Gus Dur pada kutipan di atas, keduanya masih tetap bersilaturahim dengan baik. Saling memaafkan. Satu hal yang langka ditemui pada kondisi Indonesia hari ini.

Sebagaimana pernah disampaikan oleh Presiden Jokowi pada satu kesempatan, yang pada intinya, bahwa yang membikin bangsa ini tidak maju adalah kita terlalu disibukkan oleh perkara yang tidak produktif (kalau boleh menambahkan, tidak substantif): kabar bohong, hujat menghujat, urusan demo, fitnah, dan lain sebagainya.

Bahkan tidak hanya itu. Orang menjadi tersesat di masjid. Mimbar-mimbar keagamaan yang semestinya menghadirkan keteduhan sebagai ladang mencari petunjuk, beberapa justru berubah orientasi menjadi mimbar pertikaian dan kecurigaan.

Kini, Pak Harto dan Gus Dur telah tiada. Namun keduanya memberi teladan, bahwa setajam apapun perbedaan pandangan politik, tetaplah memanusiakan manusia. Gus Dur mengetuk pintu, dan pak Harto mempersilakan masuk, bukan dalam rangka pembahasan agenda politik kepentingan. Namun, untuk sama-sama meminta dan memberi maaf.

Andai saja, kemesraan itu diamalkan oleh antar pejabat maupun lembaga negara kita saat ini, betapa indahnya bangsa kita. Rakyat maupun umat pun akan merasa tentram dan damai melihat pejabat kita tidak saling menghujat, namun sama-sama memikirkan masa depan Indonesia menyongsong era baru yang lebih baik. Dan Idul Fitri merupakan momentum yang tepat untuk itu.

Selamat berlebaran. Mari lebur dosa sosial dengan saling meminta dan memberi maaf, sebelum maaf itu dilarang..**

Sumber : islami.co

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed