by

Wajah PKS Di Ormas Garbi

Basis massa yang disasar GARBI jelas adalah kader yang dulu bergabung di PKS. Jadinya nanti ormas ini akan menggerogoti PKS yang memang sudah keropos ini. Hanya saja belum ada terdengar instruksi dari petinggi GARBI untuk menggembosi suara PKS, kita tak tahu bagaimana ujung pangkal konflik internal mereka.

Selain kader PKS yang mereka targetkan, juga mereka coba menghimpun massa di sekitar komunitas terdidik yang terpapar sekolah-sekolah yang dikelola oleh kelompok tarbiyah semisal Islam Terpadu (SDIT, SMPIT dan semacamnya). Tentu saja ini menambah amunisi massa mereka selain kelompok-kelompok pengajian atau tarbiyah yang mereka bina sejak awal, dan menjadi basis massa kelompok ini.

Kalau melihat jumlah pemilih PKS di pemilu 2014 yang berjumlah 8.4juta suara (6.79% suara nasional), maka ditengarai jumlah inilah yang sedang diperebutkan PKS dan GARBI nanti. Itupun kalau PKS masih bisa berlaga di 2024. Kalau mereka kandas di 2019, bukan tidak mungkin elite PKS akan mendirikan juga parpol baru.

Konflik internal yang menghasilkan parpol baru ini bukan hal baru di jagad politik Indonesia. PDIP, Golkar, PAN, PKB, PPP dan semua partai mapan pernah mengalami perseteruan internal yang berakhir dengan pecahnya partai menjadi beberapa parpol sempalan. Jadi PKS bukanlah yang pertama mengalami hal ini. GARBI, cepat atau lambat akan muncul sebagai kekuatan parpol baru yang meramaikan kontestasi politik Indonesia.

Dahulu, mungkin hingga sekarang, ada prinsip tertentu yang selalu ditekankan terhadap kader PKS yakni Qiyadah, ketaatan kepada pemimpin. Hal prinsip ini kemudian menjamin militansi para kader untuk setia setiap saat membela partai dan pemimpinnya. Bagaimanapun kesalahan yang mereka lakukan, hatta tertangkap tangan melakukan korupsi pun, kader akan membela sepenuh hati. Tentu saja pembenaran terhadap perilaku pemimpinnya selalu ada.

Karen Qiyadah pula, kalau pemimpinnya melakukan kesalahan, ada saja alasan mereka. Bahkan tak jarang tuduhan berbalik ke mereka yang menangkap sang pimpinan. Konspirasi-lah, fitnah-lah, atau dijebak dan sebagainya, pokoknya pemimpin mereka selalu benar. Tak mungkin melakukan kesalahan.

Dengan munculnya GARBI, yang kadang secara terang-terangan menggerogoti kewibawaan pimpinan PKS, unsur Qiyadah seperti tercerabut dari prinsip dasar mereka. Bukan tak mungkin GARBI pun di masa depan akan mengalami pengkhianatan atau penggerogotan serupa. Kalau ada elite yang tak puas, kemudian memisahkan diri dengan ormas baru.

Apakah kemudian ada beda antara PKS dan GARBI. Sepertinya penonton akan kecewa. Tak ada bedanya, serupa corak dan modelnya. Tarbiyah, kader, gorengan issue-issue politik identitas (agama, mazhab) dan semacamnya. Para competitor PKS di kontestasi demokrasi konon menganggap semua kader PKS apapun namanya, sama belaka kelakuannya. Tak bisa dipercaya.

Lihat saja SBY saat menampung mereka dalam koalisi pemerintahan, sering dikecewakan karena bandelnya kader-kader ini. Mereka hanya patuh pada garis partai nya sendiri, tak peduli apa keputusan koalisi yang mereka masuki.

Mereka waham pada keyakinan bahwa hanya kelompok mereka yang benar, sedang kelompok lain berpemahaman salah. Karenanya, jangan mengharapkan loyalitas kepada mereka. Cukup manfaatkan untuk mendulang suara, karena militansi kadernya yang cukup tinggi, tapi jangan biarkan mereka mendominasi Anda atau Anda akan disingkirkannya segera.

Sumber : Status Facebook Wasil Belian

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed