by

Tweet Menyesatkan Hilmi Firdausi

Lama-lama mereka akan merasa nyaman dan akhirnya menyematkan gelar “Ustadz” pada dirinya. Padahal gelar Ustadz kalau di TPQ disematkan pasa Guru ngaji, bahkan di negara lain gelar Ustadz digunakan untuk menyebut gelar Profesor. Nah ini? Baru Mualaf, baru “hijrah”, belajar ngaji ke siapa nggak jelas, nyantri dimana juga nggak jelas atau bahkan nggak pernah; tiba-tiba dikasih mic suruh bicara tentang agama. Alhasil, ngomongnya ceplas-ceplos, cocoklogi dalil, cocoklogi tafsir, dan semuanya rata-rata NGAWUR.

Belum lagi kalau dakwahnya bukan semata-mata untuk syiar Islam, melainkan untuk kepentingan komersil. Pastinya bakal tambah ngawur, seperti mengaku sebagai anak Kardinal. Jelas ini menyesatkan umat. Sejak kapan Islam membolehkan berdakwah dengan kebohongan, meskipun hanya soal identitas diri. Lha kalau identitas diri saja dipalsukan, gimana konten-konten dakwahnya?

2. Membela Agama itu nggak harus dengan hijrah lalu ceramah di panggung-panggung dakwah tanpa berbekal ilmu yang mumpuni. Buat kita-kita yang awam ini serta buat orang-orang yang baru Mualaf dan baru “Hijrah”, membela agama ya dengan cara ngaji. Ngajinya ke Kyai, ke Ulama, ke orang-orang yang ilmunya mumpuni dan memiliki sanad perguruan yang jelas, syukur-syukur mau nyantri di Pesantren. Gak bisa otodidak. Sekali lagi, yang namanya belajar pasti butuh proses dan waktu yang nggak sebentar. Nggak bisa belajar agama seperti belajar bahasa melalui les privat.

Sumber : Status Facebook Vinanda Febriani

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed