by

Tukang Palak

Saya tidak tahu apakah masih banyak kantor yang menyewa jasa aparat seperti yang kami lakukan belasan tahun lalu. Tapi yang pasti praktek-praktek palak tetap abadi. Malahan sekarang nampaknya diakomodasi oleh orang-orang DKI.

Lihat aneka surat edaran yang sliweran diantara para warga. Tidak hanya ormas. Tapi pengurus kampung juga malak. Petinggi wilayah patok target infak dan sadaqah secara resmi dan tertulis. Pengurus lingkungan patok sumbangan 100 kotak nasi per pengusaha untuk buka puasa.

Aksi palak berpoleskan partisipasi ini sungguh paradox. Kenapa harus ada sumbangan lagi? Bukankah kaum duafa sesumbarnya sudah dibiayai milyaran buat buka puasa dan sahur oleh dua organisasi amal yang dikenal potong sumbangan supaya pengurusnya bisa makan.

Dan ternyata dua lembaga amal itu cari duit juga..Mereka menebar jala cari dana disela-sela bantuan mereka untuk orang puasa. Lagi-lagi dengan surat edaran. Mereka sambil menyelam minum air, ternyata. Luar biasa ya..

Ya.. memang. Karena mereka aman dilindungi oleh wilayah abu-abu yang sengaja dibuat untuk menutupi aksi mereka. Jika ketauan memalak orang dengan cara-cara formal yang nanti dibela oleh junjungannya.

Jadi jangan heran jika wilayah abu-abu semakin luas, maka secara diam-diam, makin banyak toko,kantor dan pebisnis mengangkat aparat keamanan sebagai kepala security atau apapun namanya. Tujuannya untuk menangkal aksi palak dari para preman ormas dan pengurus lingkungan.

Jika anggota TNI itu masih ada , mungkin dia gemas– seperti kita yang disuguhi aksi palak terang-terangan ini- dan sama-sama berkata :

Dasar mbokmu ra katok’ an…

Sumber : facebook Budi Setiawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed