Dari ayahnya, beliau meneladani ketegasan dan keteguhan sementara dari kakeknya beliau meneladani kedermawanan dan rasa kasih sayang. Kasih sayang terkadang merontokkan ketegasan, rendah hati sering berseberangan dengan ketegasan. Namun dalam pribadi Mbah Moen, semua itu tersinergi secara padan dan seimbang. Kerasnya kehidupan pesisir utara pantai Jawa tidak membuat sikapnya ikut mengeras.
Beliau adalah gambaran sempurna dari pribadi yang santun dan matang. Semua itu bukanlah kebetulan, sebab sejak dini beliau yang hidup dalam tradisi pesantren diasuh langsung oleh ayah dan kakeknya sendiri. Beliau adalah bukti nyata bahwa ilmu tidak harus membuat pemiliknya menjadi tinggi hati ataupun ekslusif dibanding yang lainnya. Keseharian seseorang adalah aktualisasi dari sosok sebenarnya dari orang tersebut. Dari keseharian Mbah Moen yang penuh integritas dan konsisten, kita bisa meneladani kehidupan beliau.
Hari ini pada usia yang hampir 91 tahun Kyai Besar sekaligus Guru Bangsa yang pernah kita miliki ini dipanggil pulang oleh Sang Khalik. Sesuai dengan keinginannya, beliau berpulang di tanah suci Mekkah saat menunaikan ibadah haji.
Innalilahi wa innailaihi rojiun.
Semoga almarhum husnul khatimah.
Selamat jalan Mbah Moen,
Doa kami seluruh rakyat Indonesia mengiringi perjalanan pulangmu di alam keabadian.
Salam SATU Indonesia
Sumber : Status Facebook Rudi S Kamri
Comment