by

Tuhan yang Beranak

Oleh: Denny Siregar
 

Saya sendiri heran dengan pernyataan Habib Rizieq dalam ceramahnya itu..

“Kalau Tuhan beranak, lalu bidannya siapa ?” Dan tertawalah satu ruangan dalam ketidak-mengertian yang sama.

Saya menganggap HR adalah seorang yang paham ilmu agama, maka ia didaulat sebagai Imam besar di sebuah ormas. Tapi ternyata seorang “Imam besar” pun tidak pernah bertanya langsung kepada Pendeta, Romo atau pemuka agama yang selevel dengannya dalam pengetahuan agama mereka.

Setahu saya yang bodoh ini, konsep “anak Tuhan” dalam pandangan Kristen, bukanlah “anak” dalam pengertian biologis, yang dilahirkan melalui hubungan badan dan berproses dalam kandungan selama 9 bulan.

“Anak” adalah sebuah bahasa kiasan, bahasa pendekatan, untuk menyatakan ketinggian Yesus dalam penyatuannya dengan unsur KeTuhanan.

Di Islam kita biasa menyebut “Muhammad kekasih Allah”, tapi apakah ada pertanyaan, “Lalu sudah berapa lama mereka pacaran ?”

Tentu itu pertanyaan bodoh, sama seperti pertanyaan tentang “siapa bidannya ?” karena kita tahu bahwa bahasa “Kekasih” itu adalah bahasa pendekatan menggambarkan kedekatan Nabi Muhammad Saw dengan Tuhannya.

Lalu kenapa HR tidak “tabayyun” bertanya kepada pemuka agama Kristen yang mengerti agamanya, seperti apa yang pernah saya lakukan ?

Saya tidak paham, mungkin saja karena sudah terbiasa dengan kesalah-pahaman selama ini, atau untuk memuaskan alam pikir jamaah yang selama ini onani dengan pengetahuan “Tuhan beranak” seperti apa yang selama ini mereka pikirkan. Makanya mereka tertawa terbahak mendengar penjelasan HR, seperti puas karena sudah ejakulasi mendengar apa yang selama ini ingin mereka dengar.

Saya jadi teringat perkataan Imam Ali as, “Orang bodoh itu mensifati segala sesuatu dengan dirinya..”. Dalam artian, ketika ia tidak punya pengetahuan akan sesuatu, maka ia mensifati pengetahuan itu melalui pandangan dirinya. Persis seperti seorang anak SD yang mensifati seorang Profesor dengan kapasitas dirinya.

Karena ingin pintar itulah, saya suka tidak ragu untuk bertanya, untuk menambah pengetahuan saya, bukan untuk merubah keimanan saya. Sudah cukup keimanan saya menjadi dangkal hanya karena minum Equil dan makan Sari roti, jadi gak perlu ditambah lagi dengan kebodohan…

Lalu kenapa umat Kristen membuat sebuah kiasan Bapak dan Anak dalam hubungan penyatuan Yesus dengan unsur keTuhanan ?

Ya, terserah merekalah. Mereka punya bahasa sendiri, sama seperti mereka mempunyai konsep “gembala” dan domba” dalam pengertian ke-imam-an. Di Syiah malah menyebutnya “berwilayah” kepada para Imam mereka.

Itu hanya masalah bahasa dan tidak perlu diperdebatkan apalagi mengolok-oloknya. Islam itu akal dan ilmu pengetahuan, bukan dogma yang tidak masuk akal. Kalau masalah bahasa aja sudah ga mampu memahaminya, lalu bagaimana mungkin Islam bisa menjangkau pengetahuan yang lebih tinggi seperti iptek ?

Mending seruput kopi sambil ngobrol dengan teman yang berbeda agama tapi mempunyai pengetahuan yang cukup tentang agamanya. Jangan lupa, rendahkan diri dulu sehingga ilmu bisa mengalir dengan mudahnya.

Percayalah, ilmu itu seperti air. Ia hanya bisa mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Serufut.. ?

“Dan janganlah kamu mengolok sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan mengolok Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan” (QS. Al An’am: 108).

 

(Sumber: Status Facebook Denny SIregar)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed