by

Tikaman Itu Menghujam Mata Nurohmad

Nurohmad gak sadar. Hilda yang dikira anaknya, ternyata sudah berubah jadi kampret. Ia bermetamorposis jadi mahluk yang tidur di siang hari dan bangun waktu malam. Makanya ketika dibangunkan untuk sholat sore itu, Hilda murka. Sinar matahari akan menyakitkan matanya.

Tapi mungkin bukan cuma itu. Sebelumnya Hilda ribut dengan ibunya. Ibunya dilempar botol minyak wangi. Hingga jatuh berantakan.

Hilda memaksa meminta modal untuk membuat rombong berjualan pop ice. Padahal ia lulusan master kesehatan masyarakat dari sebuah unuversitas swasta. Ia juga bekerja sebagai perawat di RSUD. Entah, kenapa pikirannya menjadi aneh.

Sore itu, ketika ayahnya menyuruhnya sholat ashar, Hilda murka. Diambilnya sebilah pisau. Dikejar Nurohmad yang sudah tua. Ditikamnya berkali-kali. Nurohmad berusaha bangkit lagi. Lalu berlari ke luar. Tapi Hilda gak membiarkan buruannya lolos.

Ia mengejarnya. Menikamnya lagi dengan bengis.

Satu tusukan ke dadanya. Tusukan lain ke lehernya. Ada juga yang menembus mata Nurohmad. Darah mengucur. Darah seorang ayah.

Lalu kita kaget membaca berita itu. Bagaimana bisa seorang perempuan, usia 30 tahun, bekerja sebagai perawat, bertindak begitu beringas kepada ayah kandungnya sendiri? 

Hidup memang banyak hal tidak terduga. Bahkan ironi. 

Mereka yang memelihara kemarahan dalam jiwanya akan selalu berteman dengan api. Sekali waktu dia akan membakarmu. Seperti halnya Hilda yang terbakar api dalam dirinya sendiri. 

Jiwanya hangus.

Dan Nurohmad tetaplah seorang ayah. Yang mati ditikam anak kandungnya sendiri.

www.ekokuntadhi.id

 
 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed