by

Teroris VS Polisi, Bahaya Takfiri & Kerentanan Milenial

PROPAGANDA ONLINE
ISIS dan kelompok2 yang pro dengannya memang cukup sukses menjadikan kaum muda-milenial sasaran perekrutan dan propaganda ideologi mereka. Banyak sekali bukti2 dan kasus2 teror dimana anak-muda milenial terpapar ideologi ekstrimisme-kekerasan ala ISIS.

Waktu masih berkuasa di Iraq dan Suriah misalnya, ISIS cukup sukses membujuk banyak kaum muda-milenial dari seluruh penjuru dunia. Lebih dari 5000 atau disebut FTF/Foreign Terrorist Fighter, yakni warga asing mereka datang ke Iraq dan Suriah untul gabung dengan ISIS. Mayoritas dari FTF itu berusia muda. Belum lagi orang2 yang karena sesuatu hal tidak ke Iraq dan Suriah meski sudah berbaiat dan atau menjadi pendukung dan simpatisan ISIS, ini jumlahnya banyak sekali. Menurut saya ada 3 catatan dari kesuksesan propaganda ISIS ini yakni; internasionalisasi jaringan teroris, heroisme jihad dan propaganda online.

Sejak tragedi TWC 2001, jihad kekerasan kelompok teroris al-Qaida diberitakan media seluruh dunia. Umumnya publik global mengecam teror itu. Tapi ada juga yang mendukung baik dukungan terbuka maupun dukungan diam2 (for security reason/karena alasan keamanan). 

Sekarang era internet dimana akses informasi dan komunikasi seperti sosmed menjangkau dan menghubungkan orang diseluruh dunia, ini lebih mmudahkan propaganda jihad kekerasan oleh kelompok teroris seperrti ISIS dan yang pro dengannya. Meski akun2 FB/facebook, twitter, youtube dll dari kelompok itu dan para pendukung serta simpatisannya seringkali dibann ataupun diblock ; tapi ya tetap saja seperti mati satu tumbuh sepuluh, eh seribu. Kelompok teroris memang punya banyak stok insinyur dan ahli IT seperti hasil riset lama jaman al-Qaeda yang berjudul “why most terrorist are engineer?” (Sila digoogling). Ini karena kelompok teroris sadar bahwa internet ternyata sangat efektif untuk propaganda dan mnyebarkan ideologi ekstrimisme kekerasan. Bahkan tidak hanya propagana, internet juga strategis dan efektif untuk perekruitan, membangun komunikasi/jaringan, pendanaan, perencanaan serangan dan bahkan juga untuk eksekusi serangan, nah lho.

Selain internasionalisasi jaringan dam propaganda online seperti di atas, kelompok teroris seperti ISIS dan yang pro dengannya juga pintar memainkan sentimen publik terutama lewat apa yang dikenal dengan heroisme-jihad. Ini misalnya terasa sekali dalam kalimat2 yang diucapkan dalam video2 propaganda-ISIS.

Video Nasir Mutsanna, misalnya, pemuda Inggris cerdas 20 tahun yang baru lulus SMA & diterima fakultas kedokteran di 4 universitas bergengsi di UK/Inggris tapu lebih memilih bergabung ISIS di Iraw dan Suriah. Dalam videonya Nasir si-jenius itu bilang “kami bagaikan anak-panah & terserah khalifah ISIS (saat itu) Abu Bakar al-Bahgdadi sebagai busur yang mengarahkan kami kesasaran manapun untuk brjihad melawan musuh-musuh kami”. Nasir juga sukses membujuk adiknya Ashil Mutsanna bergabung dengan ISIS. Jadi ada faktor peer-review juga atau pengaruh teman sebaya karena anak muda-milenial sesuai usianya memang mudah terpengaruh apalagi dengan teman2 sebayanya.

Memang dari kalimat Nasir menyiratkan kuatnya pengaruh sosok Abu Bakar al-Bahgdadi sang khalifah ISIS saat itu. Media pro-ISIS as-Sharq al-Awsat pada juni 2014 bahkan menyebut al-Bahgdadi sebagai “Teroris Kharismatik “(irhabiyyun shohibussyakhsiyah kharizmatiyah). Memang al-Baghdadi belum pernah malang-melintang keluar negeri seperti Osama bin Laden, Ayman al-Zawahiri, Abu Musab al-Zarkawi dll, karena al-Bahgdadi tumbuh & besar di Iraq. Tapi bagaimanapun al-Baghdadi dianggap kharismatik karena selain sense of leadershipnya, dia juga doktor ilmu fiqih yang cerdas dan paham sikon Iraq & Suriah yang menjadi markas dan teritori ISIS. Al-Baghdadi juga ahli strategi perang terbukti ketika memimpin 1000 pasukan ISIS yang sukses mengalahkan 30 ribu tentara Iraq dengan strategi2 jitunya. 

Orasinya yang pertama setelah deklarasi ISIS dalam khutbah sholat Jumat di Mosul pada sekitar september 2014 dianggap para pengikut dan simpatisan ISIS sangat memukau dan menggetarkan. Oleh pengamat, ini bukti bahwa a-Baghdadi mampu tampil sebagai orator ulung dan menunjukan dia punya kepercayaan diri yang tinggi termasuk kemampuan menghipnotis audiens.

Heroisme jihad ISIS memang juga tidak selamanya sukses. Seperti kita ketahui dan memamg banyak diberitakan media2, ternyata banyak juga anak2 muda yang sudah bergabung dengann ISIS lantas kecewa karena tidak sesuai dengan ekspektasi mereka dan gambaran awal sebelum bergabung. Mereka ada yang menyesal, ada yang ingin pulang ke keluarga dll tapi tidak semua bisa kareba diberitakan juga bahwa tak segan2 ISIS dulu membantai mereka yang mau exit (keluar) dari kelompok teroris tersebut.

Ada kisah yang terkenal karena di beritakan media bbc. Jadi Aldiansyah Samsuddin belum lama lulus SMA. Lalu dia kerja jadi juru masak (koki) disebuah restoran. Kebetulan hobinya main internet dan dia lalu ikut grup Telegram. Digrup itu secara tidak sengaja dia kenal Abu Hofsah. Aldiansyah kemudian lanjut dengan komunikasi pribadi dengan Abu Hofsah. Pelan tapi pasti dia dicuci otak “jihad ekstrimisme kekerasan” oleh Abu Hofsah. Aldiansyah diajari pakai senjata serta bikin bom-rakitan. Dia lalu ditawari untul pergi ke Syiria bergabung dengan ISIS. Dia diiming2i bakal dikawinin dengan 4 wanita, dibeliin mobil dan rumah. Abu Hoffsah bahkan juga kasih modal berupa uang 1300-an dollar untuk ongkos Aldiansyah berangkat ke Syiria.

Akhirnya Aldiansyah berangkat ke Syria lewat Turki untuk bergabung dengan ISIS. Di sana dia berganti nama menjadi Abu Assam Al-Indonisy. Untung saat berkali2 markaz ISIS dibom pasukan sekutu, Aldiansyag berhasil selamat. Lebih dari itu, ternyata iming2 ISIS bohong belaka. Aldiansyah selanjutnya merasa menyesal ikut ISIS. Dia pingin pulang ke Indonesia dan nantinya “hidup normal” jauh dr ideologi dan klpk ekstrimisme-kekerasan…

KERENTANAN MILENIAL
Menurut Roy and Judy Eidelson (2003) ada 5 jalan mengapa orang lalu bisa menjadi ekstrimis

Pertama, superiority. Jadi ada perasaan superioritas yang mngarah pada eksklusivitas (beragama) sehingga dengan mudah mengkafirkan yang lain (takfiri) atau juga perasaan etnosentris (rasisme).

Kedua, kerentanan (vulnerability). Misalnya orang2 yang soliter, tertutup/introvert, orang2 yang galau, orang2 yang kurang kritis dan gampang percaya hoax/illiterate, orang2 yang fanatik/taqlid buta dll biasanya secara psikologis dan sosiologis jadi sasaran empuk propaganda dan rekruitmen kelompok ekstrimis.

Ketiga, ketidakadilan (injustice). Orang2 yang marah dan kecewa tingkat dewa karena merasa diperlakukan tidak adil juga rentan direkruit kelompok ekstrimis. Demikian jug aorg2 yang marah dan kecewa beraat karena merasa melihat ketidakadilan (meski dia bukan korban) juga rentan jadi incaran klpk ekstrimis dimana mereka menggunakan strategi heroisme jihad untuk membakar sentimen keagamaan mereka yang sedang dilanda rasa marah dan kecewa.

Keempat, distrust (ketidakpercaayaan). Orang2 yang beroposisi secara berlebihan dan membabi buta pada rejim, pada masyarakat atau negara tertentu juga kadang bisa dimanfaatkan kelompok2 ekstrimis.

Kelima, ketidakberdayaan (helplesness). Orang2 yang miskin sekali sampai merasa putus asa/ hopeless akan jadi incaran kelompok ekstrimis. Iming2nya bisa materi/kebahagiaan dunia, tapi bisa juga sebaliknya yakni meski nggak bisa bahagia di dunia tapi bisa bahagia di akherat (masuk surga, dapet 72 bidadari dll) dengan cara jadi pengantin atau martir kelompok ekstrimis.

Nah itu jalan umum kerentanan menjadi ekstrimis. Karena kita sedang membahas kaum muda milenial, maka saya ingin menjelaskan mengapa kaum muda milenial menjadi rentan direkrut dan atau terpapar ideologi ekstrimisme-kekerasan.

Secara psikologis, kaum muda milenial ada yang masih fase peralihan. Disebut anak2 sudah nggak lagi, disebut dewasa juga belum. Istilahnya adolesensi. Fase ini ditandai oleh adrenalin yg gampang naik (inget lagu darah-muda bang Haji Rhoma Irama hehe), pola berpikirnya kadang pendek dan sempit, kadang karena jaim juga mereka jadi mudah diprovokasi, belum lagi kadang maunya menang/bener sendiri walau salah tak perduli he3 dll

Secara fisik kaum muda milenial masih kuat jadi umumnya suka avonturir/petualangan dan kelompok ekstrimis tahu klo mereka terekrut bisa jadi laskar mereka. Makanya kan jarang kelompok ekstrimis nggak ngincer aki2 dan nini2 hehe. Umumnya kaummuda milenial masih single; jadi masih free dan belum ada tanggungan keluarga/yakni anak dan istri/suami (coro jowone: ora ana sing ngabot2i). Karena masih single dan apalagi yang kuper nglirik cewek aja nggak berani, maka kalau diimingi2 bidaradari surga 72 dan syanthieq2 kadang bikin “ngiler” alias nggak kuku.

Secara keagamaan, kaum muda milenial mulai mencari dan menyadari makna hidup. O ternyata semua orang akan mati. O hidup ini cuma sebentar. Terus: mesti gimana ini dan mau apa dalam hidup. Apa bekal yang sudah disiapkan untuk akherat yang kekal abadi dll. Klo nggak pernah ngaji: terus ditakut2i akherat dan siksa neraka (sebagai modus agar mau dijadikan martir kelompok ekstrimis kekerasan, itu kan berabeee hehe)

Secara sosiologis, kaum muda milenial itu naturally butuh teman, butuh perhatian dan kadan2 suka yang heroik2. Klo anaknya kuper, kebetulan orang2 terdekat agak abai bisa bikin mereka kesepian (loneliness). Dalam kondisi seperti itu; klo mereka ketemu perekruit ekstrimis bisa jadi sasaran empuk tuh. Tinggal kasih perhatian dan dibesarkan hatinya, maka melelehlah jiwa muda milenial mereka. Ini lalu jadi starting-point atau titik awal untuk “memanfaatkan” mereka sebagai laskar dan atau martir kelompok ekstrimis.

Anak2 muda milenial juga klo kita bicara internet, they are the dominant user. Jumlahnya buanyak dan intensitas main internetnya juga tinggi. Masalahnya literasi digital mereka kadang2 belum bagus dan internet banyak menarik mereka ke dalam ruang yang sangat privat (susah dikontrol dan diawasi). Di sinilah internet menjadi media strategis dan efektif kelompok ekstrim untuk propaganda ideologi mereka dan juga merekrut kaum muda milenial.

Akhirul kalam, ayo kita care dengan adik2, tetangga dan kaum muda milenial disekitar kita. Sedikit perhatian kita akan bisa mengurangi potensi mereka dalam terpapar propaganda dan terekrut kelompok ekstrimisme-kekerasan, insyaAlloh

Smg manfangat dan berkah. Danke.

Sumber : Status Facebook Soeratno Muchoeri

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed