by

Tentang Bossman Mardigu

Opini Ketiga dan terakhir saya (sementara), ia pebisnis gimmick. Apa yang diucapkan kadang kala melenceng jauh dari harapan. Ia tidak akan pernah mengakui penganut teori konspirasi. Tapi dalam setiap paparannya berisi teori konspirasi semua. Kenapa? Ia tahu teori konspirasi itu ujungnya, kalau istilah jaman dulu tak lebih kerjaan atau gaya tukang obat. Menakjubkan di awal, jualan pada akhirnya. Di depan ia akan tampak sangat bermoral, apa yang dia anggap bukan sisi saya, tidak sisi kamu, tapi sisi kebenaran. Semua teori konspirasi akan selalu duduk di sisi kebenaran, seabu-abu apa pun, bahkan sehitam putih apa pun. Dalam ilmu sosial, tak ada teori seseksi ilmu konspirasi.

Ia tampak memberi ilmu canggih, tapi bagi sebagian yang pernah belajar secara akademis di ilmu terkait. Itu hanya ilmu dasar pada bagian paling kulit. Dan sisi paling lemahnya, ia naif dan sok misterius. Ia sangat senang dianggap sebagai “shadow power”, kekuatan tak terlihat dan misterius. Ingin selalu di balik panggung, tapi criwis terus di banyak media. Dan sisi paling buruk malah bersedia hadir dimana2, ikut di panggung banyak orang. Dari Podcast Deddy Coubuzier, lapaknya Helmy Yahya, bahkan Maiyahan-nya Cak Nun. Dan selalu dengan kata kunci “kalau bukan….” atau “ini yang terakhir….” Sayangnya publik tahu itu diulang bahkan berulang kali. menegaskan ia tak lebih lebih murid Hitler, dengan praktek ilmu bohong yang sama.

Secara pribadi hal seperti itu baik2 saja dan sesuai dengan semangat jamannya. Publik diuntungkan kok dengan banyak ilmu konspirasi ini-itu yang ia rajin kemukakan. Yang selama ini tidak pernah didedah secara kontekstual. Saya hanya risi, tatkala ia bersikap semua hal yang dilakukan pemerintah saat ini salah semua. Bagi saya seorang bila sudah jadi Salawi, istilahnya batal semua wudhu-nya. Semua sepak terjang China tidak ada sisi baiknya. Sehingga semua yang bahkan sekedar pernah bercakap dengannya, sudah dianggap sebagai anteknya. Dan bagian paling saya risi: suka tidak suka, dunia toh akan bertekuk lutut di tangan Globalis. Loh emang selama ini kita ada dimana, lalu ngapain saja. Bukankah kehidupan, selama azasnya kemajuan, maka harus mengikut siapa saja yang ada di depan? Dan tawaran solusinya adalah Akselerasi UKM dan NKRI Garis Lurus. Itu semakin lucu, karena bukankah semua pejabat juga mengatakan hal yang sama? Dan hasilnya: sami mawon, mawut!

Sekali lagi orang kaya itu bebas, ia bisa bebas bersikap hangabehi: paling pinter, paling sukses, paling tahu, paling di depan, dan seribu satu paling lainnya. Tapi bagi saya toh semua berhenti pada “paling-paling”. Paling-paling ya mung ujunge pengin ikut masuk di dalam, pengen kue yang lebih besar, dan yang paling sudah nyata: jualan produknya sendiri. Ya buku, ya training, ya konsultan, apa saja yang bisa dijual….

Menguji ketulusan seorang pebisnis hebat dan berpengaruh itu sesungguhnya sederhana: seberapa sering ia main medsosan. Medsos itu lahan criwis wong cilik kayak saya.

Begitu saja!

Sumber : Status facebook Andi Setiono Mangoenprasodjo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed