by

Telkomsel Ibarat Bini yang Selingkuh

Hari-hari ini pasti banyak orang yang merasa masyhgul, cemas dan gelisah. Itu karena salah satu perusahaan penyedia kartu SIM sedang dirundung masalah. Telkomsel, nama perusahaan besar itu, sedang disorot dari berbagai sudut, karena data salah seorang penggunanya bocor ke publik. Ini jelas kasus besar dan memalukan, sebab tidak seharusnya hal bodoh ini terjadi. Operator seluler, wajib hukumnya menjaga kerahasiaan konsumen.

Cilakanya Telkomsel, konsumen yang ketiban sial itu bukanlah orang sembarangan, Denny Siregar. Coba-coba berurusan dengan orang yang bukan sembarangan, fatal akibatnya. Apakah ini kejadian satu-satunya, atau baru ini yang ketahuan? Ini juga menjadi pertanyaan penting. Kalau data orang non-sembaragan saja bisa bocor, bagaimana yang lain?

Soal orang yang bukan sembarangan, contoh teranyar masih jelas dalam ingatan kita, di mana seorang petugas satpol PP Surabaya yang “ribut” dengan seseorang yang bukan sembarang orang. Gara-gara “kelancangan” itu, si satpol PP ini nyaris menjadi incaran kaum kadrun, yang sudah siap mengambil tindakan. 

Untunglah orang yang bukan sembarang orang itu “menerima maaf” si satpol PP. Bahkan sebagai “hadiah” atas kebesaran jiwanya, orang non-sembarangan itu, beliau dijamu makan siang oleh gubernur setempat. 

Kini Telkomsel bermasalah dengan seseorang yang tergolong bukan orang sembarangan. Sial bagi Telkomsel, sebab kasus ini tidak dapat diselesaikan dengan hanya kata “maaf” semata, apalagi bersantap siang di restoran dengan hidangan ter-enak. Sebab kasus ini pun merembet ke 160 jutaan konsumennya, termasuk penulis…

Penulis sudah belasan tahun menjadi pengguna kartu SIM produk Telkomsel. Awalnya dulu menggunakan kartu dari operator lain. Tetapi karena anggota keluarga kebanyakan menggunakan Telkomsel ini, maka dengan alasan penghematan dan efisiensi terpaksa menyesuaikan diri dengan mayoritas.

Selama belasan tahun menggunakan kartu Telkomsel, ibarat hidup belasan tahun dengan seorang istri. Meski banyak suka dan bahagianya selama menggunakan Telkomsel, tetapi terkadang datang juga rasa kesal dan dongkol. Sebagai pengguna Telkomsel, kita harus akui, kemudahan berkomunikasi memang lebih besar presentasenya. 

Namun sering juga hati dongkol ketika kita diganggu oleh masuknya SMS “asing dan liar”, bahkan bernada penipuan. Sialnya, Telkomsel sendiri juga kerap bikin hati jengkel dengan ikut-ikutan dan bahkan sering mengirimkan SMS atau pesan yang tidak penting, malah sering mengganggu.

Misalnya, sehabis kita menelepon, segera masuk pula SMS dari operator yang bunyinya kira-kira seperti ini: Gunakan terus nelpon hingga Rp 3500 untuk dapatkan 250 mnt Tsel & 50mnt AllOpr berlaku hingga 23:59 info 188.

Atau: Selamat Anda mendapatkan kuota Nelpon 250mnt Tsel & 50mnt Tsel & 50mnt AllOpr berlaku hingga 23:59. Cek kuota di 88810#.

Dan banyak lagi jenis pesan masuk yang sebenarnya tidak jelas apa urgensinya bagi penulis yang kebetulan memang jarang memanggil. Hanya sering melayani panggilan. Maka bagi penulis, dengan sendirinya pesan-pesan yang tidak ada juntrungannya itu sangat mengganggu. 

Coba bayangkan betapa dongkolnya hati ini ketika sedang enak tidur siang kemarin, terdengar nada SMS masuk. Khawatir itu pesan penting yang sedang ditunggu, penulis pun beringsut dari tempat tidur. Tetapi apa yang terjadi?

Apabila harga smartphone ini bukan jutaan rupiah, ingin rasanya menghempaskannya saja ke lantai atau ke dinding, saking dongkolnya. Karena pesan yang masuk — lagi-lagi dari operator — berbunyi seperti ini: Beli apapun di google playstore skrg bs pake pulsa Telkomselmu tsel.me/jajanonline. Raih jg kesempatan mendapatkan pulsa total jutaan rupiah. SKB. tsel.me/ulala.

Tapi, seperti penulis sebut, akhirnya kita pun harus menerima semua itu dengan lapang dada. Ibarat istri yang sering cerewet atau ngome-ngomel, kira-kira seperti itulah perasaan penulis selama belasan tahun “setia” dengan SIM Card Telkomsel. Meski sering dongkol dan kesal oleh masuknya pesan-pesan yang sering tidak ada manfaatnya, namun kita tetap ingin setia saja, tanpa pernah terbersit niat atau pikirin menceraikannya.

Namun peristiwa baru-baru ini, di mana seorang konsumen mengeluh bahwa data-datanya bocor ke publik, penulis pun tiba-tiba merasa gundah. Kalau benar bahwa Telkomsel ternyata tidak kuasa melindungi data dan privasi konsumennya, lalu apa lagi yang dapat dipercaya dari sini?

Bocornya data dan privasi ini, di benak penulis, ibarat istri yang ternyata diam-diam selingkuh alias punya pria simpanan lain. Bagi kebanyakan kaum pria, bini yang cerewet dan galak atau gemar ngerumpi dengan sesama ibu-ibu se-RT, bukanlah masalah besar yang harus dihindari dengan cerai. Tapi kalau sudah berselingkuh, ini sungguh tidak termaafkan.

Hal yang sama dengan Telkomsel, yang ketika ternyata bisa membocorkan data atau privasi konsumennya dengan dalih atau alasan apapun, itu sama sekali sulit untuk dimaafkan. Telkomsel kini ibarat bini yang ternyata diam-diam selingkuh. Teganya….

Hari-hari ini pasti banyak orang yang merasa masyhgul, cemas dan gelisah. Itu karena salah satu perusahaan penyedia kartu SIM sedang dirundung masalah. Telkomsel, nama perusahaan besar itu, sedang disorot dari berbagai sudut, karena data salah seorang penggunanya bocor ke publik. Ini jelas kasus besar dan memalukan, sebab tidak seharusnya hal bodoh ini terjadi. Operator seluler, wajib hukumnya menjaga kerahasiaan konsumen.

Cilakanya Telkomsel, konsumen yang ketiban sial itu bukanlah orang sembarangan, Denny Siregar. Coba-coba berurusan dengan orang yang bukan sembarangan, fatal akibatnya. Apakah ini kejadian satu-satunya, atau baru ini yang ketahuan? Ini juga menjadi pertanyaan penting. Kalau data orang non-sembaragan saja bisa bocor, bagaimana yang lain?

Soal orang yang bukan sembarangan, contoh teranyar masih jelas dalam ingatan kita, di mana seorang petugas satpol PP Surabaya yang “ribut” dengan seseorang yang bukan sembarang orang. Gara-gara “kelancangan” itu, si satpol PP ini nyaris menjadi incaran kaum kadrun, yang sudah siap mengambil tindakan. 

Untunglah orang yang bukan sembarang orang itu “menerima maaf” si satpol PP. Bahkan sebagai “hadiah” atas kebesaran jiwanya, orang non-sembarangan itu, beliau dijamu makan siang oleh gubernur setempat. 

Kini Telkomsel bermasalah dengan seseorang yang tergolong bukan orang sembarangan. Sial bagi Telkomsel, sebab kasus ini tidak dapat diselesaikan dengan hanya kata “maaf” semata, apalagi bersantap siang di restoran dengan hidangan ter-enak. Sebab kasus ini pun merembet ke 160 jutaan konsumennya, termasuk penulis…

Penulis sudah belasan tahun menjadi pengguna kartu SIM produk Telkomsel. Awalnya dulu menggunakan kartu dari operator lain. Tetapi karena anggota keluarga kebanyakan menggunakan Telkomsel ini, maka dengan alasan penghematan dan efisiensi terpaksa menyesuaikan diri dengan mayoritas.

Selama belasan tahun menggunakan kartu Telkomsel, ibarat hidup belasan tahun dengan seorang istri. Meski banyak suka dan bahagianya selama menggunakan Telkomsel, tetapi terkadang datang juga rasa kesal dan dongkol. Sebagai pengguna Telkomsel, kita harus akui, kemudahan berkomunikasi memang lebih besar presentasenya. 

Namun sering juga hati dongkol ketika kita diganggu oleh masuknya SMS “asing dan liar”, bahkan bernada penipuan. Sialnya, Telkomsel sendiri juga kerap bikin hati jengkel dengan ikut-ikutan dan bahkan sering mengirimkan SMS atau pesan yang tidak penting, malah sering mengganggu.

Misalnya, sehabis kita menelepon, segera masuk pula SMS dari operator yang bunyinya kira-kira seperti ini: Gunakan terus nelpon hingga Rp 3500 untuk dapatkan 250 mnt Tsel & 50mnt AllOpr berlaku hingga 23:59 info 188.

Atau: Selamat Anda mendapatkan kuota Nelpon 250mnt Tsel & 50mnt Tsel & 50mnt AllOpr berlaku hingga 23:59. Cek kuota di 88810#.

Dan banyak lagi jenis pesan masuk yang sebenarnya tidak jelas apa urgensinya bagi penulis yang kebetulan memang jarang memanggil. Hanya sering melayani panggilan. Maka bagi penulis, dengan sendirinya pesan-pesan yang tidak ada juntrungannya itu sangat mengganggu. 

Coba bayangkan betapa dongkolnya hati ini ketika sedang enak tidur siang kemarin, terdengar nada SMS masuk. Khawatir itu pesan penting yang sedang ditunggu, penulis pun beringsut dari tempat tidur. Tetapi apa yang terjadi?

Apabila harga smartphone ini bukan jutaan rupiah, ingin rasanya menghempaskannya saja ke lantai atau ke dinding, saking dongkolnya. Karena pesan yang masuk — lagi-lagi dari operator — berbunyi seperti ini: Beli apapun di google playstore skrg bs pake pulsa Telkomselmu tsel.me/jajanonline. Raih jg kesempatan mendapatkan pulsa total jutaan rupiah. SKB. tsel.me/ulala.

Tapi, seperti penulis sebut, akhirnya kita pun harus menerima semua itu dengan lapang dada. Ibarat istri yang sering cerewet atau ngome-ngomel, kira-kira seperti itulah perasaan penulis selama belasan tahun “setia” dengan SIM Card Telkomsel. Meski sering dongkol dan kesal oleh masuknya pesan-pesan yang sering tidak ada manfaatnya, namun kita tetap ingin setia saja, tanpa pernah terbersit niat atau pikirin menceraikannya.

Namun peristiwa baru-baru ini, di mana seorang konsumen mengeluh bahwa data-datanya bocor ke publik, penulis pun tiba-tiba merasa gundah. Kalau benar bahwa Telkomsel ternyata tidak kuasa melindungi data dan privasi konsumennya, lalu apa lagi yang dapat dipercaya dari sini?

Bocornya data dan privasi ini, di benak penulis, ibarat istri yang ternyata diam-diam selingkuh alias punya pria simpanan lain. Bagi kebanyakan kaum pria, bini yang cerewet dan galak atau gemar ngerumpi dengan sesama ibu-ibu se-RT, bukanlah masalah besar yang harus dihindari dengan cerai. Tapi kalau sudah berselingkuh, ini sungguh tidak termaafkan.

Hal yang sama dengan Telkomsel, yang ketika ternyata bisa membocorkan data atau privasi konsumennya dengan dalih atau alasan apapun, itu sama sekali sulit untuk dimaafkan. Telkomsel kini ibarat bini yang ternyata diam-diam selingkuh. Teganya….

(Sumber: Seword)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed