by

Teguran Untuk Ketua PB HMI

Menjadi Muslim yang baik sebenarnya tidak perlu populis. Cukup tanggung jawabnya ditunaikan penuh keseriusan. Persoalan dasarnya jangan dilupakan, kader HMI se-Indonesia harus paham, ketua PB HMI sedang melakukan kesalahan fatal dan ia mencoba mengecoh kita semua. Kenapa ada ketua cabang yang masih menjabat dijadikan pengurus besar? Mengapa pengurus cabang banyak yang ditarik ke PB HMI? Itu dulu yang harusnya dijawab Saddam Al Jihad.

Mumpung kepengurusan masih baru, merevisi Surat Keputusan struktur kepengurusan belum terlambat. Kalau setelah lengser nanti Anda mau jadi politisi atau mencalonkan diri jadi anggota dewan, sabar, nanti dulu saja. Sekarang Anda itu ketua PB HMI, jangan bertingkah layaknya politisi yang tidak peduli pada apapun selain populisme. Budak populisme itu mengerikan, selain melakukan sesuatu harus disenangi banyak orang, ia juga tidak segan-segan membunuh kebenaran demi ketenaran.

Memberi contoh itu sama saja mengajak diam-diam. Kalau ketua PB HMI mengajak kadernya tidak menaati AD ART, lalu dasar apa yang digunakan untuk menjalankan organisasi? Pemimpin macam apa yang mengkhianati kesepakatan bersama? Ketua macam apa yang mengiris-iris hati 300.000 kader se-Indonesia? Ketua yang secara sengaja melanggar aturan main himpunan, apa layak diikuti? Apakah instruksinya layak dipatuhi?

Dari dulu kesalahan kader HMI itu sama. Nafsu berkuasanya tinggi, tapi tidak diikuti kompetensi. Semua orang ingin menjadi ketua, tapi tidak sadar dirinya mau membawa organisasi ke mana. Akhirnya tidak punya visi, programnya tidak jelas, pun mandul ketegasan. Orang macam itu hanya akan menjadi pion kepentingan dan melempem tatkala dihantam tekanan. Wajar saja Ahmad Wahib keluar dari organisasi yang katanya progresif ini, padahal kenyataannya permisif dan pasif.

Sudah tahu ini bukan kontes ketampanan, juga bukan panggung pencarian model. Jelas untuk menjalankan organisasi sekelas HMI, tidak cukup modalnya cuma paras rupawan. Lagipula dalam filsafat dunia manapun, kegantengan tidak pernah menjadi solusi bagi terciptanya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. HMI bukan ajang semacam Miss World bos, umat butuh program bukan tampang.

Mundur dari jabatan bukan peristiwa memalukan. Jika Saddam Al Jihad tidak mampu, kompeten, siap, punya program, dan tidak layak memimpin organisasi sebesar HMI, lebih baik mundur. Jika Anda tidak kuat menulis surat pengunduran diri, saya siap membantu mengetikkan.

Seorang intelektual harusnya tidak bertingkah layaknya politisi. Jadilah ksatria yang menuntaskan masalahnya dengan bijak dan bertanggung jawab. Jadilah diri sendiri, jangan ikut-ikutan cari panggung. HMI itu punya dua komitmen, keislaman dan kebangsaan. Berat hanya di satu sisi berarti ke-HMI-an Anda masih cacat. Kader yang hanya berpihak pada sisi Islam tapi meniadakan keindonesiaan, berarti dia bukan kader teladan.

Budaya Jawa itu bagian dari Indonesia, maka harus dirawat, dijaga, dibentengi dari serbuan budaya asing yang menyelinap memboncengi ajaran agama. Saya pastikan, meski dada tertembus peluru, kader HMI pasti memilih itu dan siap mati kapan saja memihak agamanya. Tapi seorang kader tidak hanya dituntut berat sebelah, anggota HMI juga wajib hukumnya menjadi patriot yang mengorbankan jiwa raga demi lestarinya budaya milik sendiri.

Kebaikan dari mana pun boleh dipetik. Jangan lihat dari bentuk, tapi reguklah isinya. Ingat, tidak ada agama di dunia ini yang bisa tersebar tanpa melalui perantara budaya. Tidak ada ajaran agama yang mandiri tanpa meminjam perangkat adat. Sebagai Muslim, ambil ajaran Islamnya tapi saring Arabnya. Kebenaran Islam kita resap, budaya Arab kita pisahkan. Karena kalau tidak begitu, siapa yang melestarikan budaya Jawa? Sunda? Batak? Papua? Siapa lagi kalau bukan kita sendiri sang pemilik budaya.

Anda sendiri yang bilang HMI ini organisasi besar. Tapi kenapa bersikap reaksioner? Koar-koar saat ada momen, tapi tidak mampu mengembangkan program sendiri. Tidak layak seorang pemimpin bertindak layaknya koor paduan suara. Ramai-ramai orang mengecam sesuatu, gagap, lalu ikutan tanpa dipikir masak-masak. Jika begitu, HMI tidak lagi menjadi king maker, hanya pengikut dan kerumunan tanpa arah.

Selesaikan dulu kekacauan yang Anda timbulkan. Kenapa orang yang belum LK3 jadi bagian PB HMI? Memangnya tidak ada manusia lain yang lebih layak? Apakah Anda sedang tersandera jasa tim pemenangan? Apakah Anda sedang menghancurkan HMI dengan merekrut manusia di bawah standar menjadi pejabat organisasi? Kenapa tega menciderai konsensus AD ART? Mengapa Anda sejahat itu, dan memberi contoh buruk pada adik-adik kita yang baru ber-HMI kemarin padahal mereka ikut LK1 punya harapan besar pada organisasi ini.

Kalau sedari awal Anda memang tidak beritikad baik, apa tidak sebaiknya kami paksa Anda turun? Jangan karena menyongsong tahun pemilu dan politik, Anda merasa seorang politisi. Anda itu ketua dari organisasi nasionalis, alumninya dicetak bukan sebagai politikus, tapi negarawan sejati yang nantinya memayungi rakyat, mengayomi bangsa, dan menjadi penyejuk kehidupan umat serta masyarakat.

Persetan dengan tekanan dan tarik ulur kepentingan. Tolong kalau Anda benar-benar sayang pada HMI, jangan karena bagi-bagi kue jabatan, orang tidak kompeten dijadikan pengurus besar. Mereka yang cacat nalar, stroke intelektual, dan bermental mafia harus segera Anda copot. Selamatkan HMI dengan memotong pengurus yang terbukti tidak memenuhi syarat. Inilah saatnya selamatkan tubuh himpunan dengan memotong kankernya. Sekarang atau tidak sama sekali, Bung!

Sumber : Qureta

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed