by

Tante Sonja

Oleh: Denny Siregar
 

Malam itu…

Sebelum besok paginya kami turun ke kedalaman 54 meter dari permukaan tanah, kami yang tadinya hanya kenal nama di facebook bertukar wajah.

Kami harus saling mengenal satu sama lain, saling bergantung satu sama lain, saling menjadikan diri kami saudara, karena kami akan berada di tempat yang jarang di kunjungi manusia. Tidak ada yang akan menolong di sana, kecuali kemampuan seorang pemandu gua profesional yang punya sertifikat sampai level master chief kang Ferry Buniayucave Dolinadan para kru nya yang terlatih.

Bahkan kekuatan super Setya Novanto yang terkenal licin spt belut itupun tidak mungkin akan menyelamatkan kami, karena uang sebanyak apapun tidak berarti disana. Kami hanya bisa seperti Yusril yg mengemis kepada partai, tapi kali ini kami mengemis kepada Tuhan supaya selamatkan kami selama di perjalanan.

Dan ternyata ada hal yang bisa membuat kami cair dan bersatu malam itu. Tebak siapakah dia ? Sang legenda yang namanya terpatri abadi dalam imajinasi remaja 80-90an… dialah ENNY ARROW !!

Enny arrow memang dahsyat, dialah ikon “Gemar Membaca” yang menyatukan semua kehausan kami akan bacaan dewasa yang bermutu. Nama Tante Sonja begitu lekat dengan masa remaja kami dan kami mempunyai imajinasi sendiri, siapakah tante Sonja itu. Tidak ada yg boleh menghancurkan sosok imajinasi itu dalam satu bentuk. Seperti pepatah. “Untukmu Tante Sonjamu, untukku tante Sonjaku..”

Maka tertawalah kami dengan sangat keras sampai perut sakit dan bunyi kentut karena angin malam tersamarkan, membuka memori kembali saat itu. Saat betapa tante Sonja menyelamatkan generasi kami dari kekerasah.

Bayangkan, betapa kami tidak mengenal yg namanya perkosaan dengan pembunuhan apalagi sampe cangkul tertanam di dada. Kami tidak mengenal perkosaan thd bayi 2,5 tahun apalagi memperkosa sampai 300 ayam. Karena itu bertentangan dengan apa yg diajarkan tante Sonja

Tante Sonja mengajarkan kami bagaimana bersikap lembut, pasrah, menggelinjang, mendesah, bertahan dan menyerang. Kami menjadi orang yg “keras” tanpa kekerasan. Kami sibuk dengan itu di bangku belakang. Bersama teman2 yg jalannya mendadak rapat belakang takut ketahuan.

Masa yang indah dan basah. Terima kasih tante Sonja, guru sekolah kepribadian kami. Entah kapan engkau bisa hadir kembali di era yg penuh kekerasan, bondage, BDSM dan hal2 aneh yg menjijikkam yg tidak kami temui di masamu yg penuh kelembutan dan ketegangan.

Secangkir kopi malam itu, ditambah bandrek, jagung, singkong bakar, dan entah makanan apalagi yg terus mengalir sampai perut pun tak mampu menampung, menjadi teman tertawa kami.

Sampai akhirnya malam berlalu dan kami harus istirahat karena pagi kami harus masuk ke kedalaman 54 meter yang seru dan membuat penasaran.

Seekor burung hantu malam itu memberitahuku, bahwa para lelaki di tenda lelaki, saling berpelukan membayangkan rekan sebelah mereka adalah sosok terseksi sepanjang masa. Bahkan ketika dalam tidurnya saling menyentuh kumis, mereka tersenyum dan bermimpi sedang menyentuh segenggam rumput manila..

(Sumber: dennysiregar.com)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed