by

Surat Denny Siregar untuk Jonru

Oleh: Denny Siregar

Dear, Jonru

Sebenarnya saya agak malu-malu anjing nulis surat ini, karena siapa sih akyu dibanding kamyu yang wajahnya tersohor dari sampang sampai Maumere.

Tapi orang-orang banyak bilang kalau kita itu kembar identik. Saya agak protes karena saya gak suka dibilang kembaran ma sepatu bot. Tapi apa lacur, mereka terus mengatakan itu dan membanding-bandingkan kita berdua. Yah, apa daya kaki gak sampai, gak bisa split jadinya..

Tapi terserah merekalah, ya, Say.. EGP, Emang Gatel Pentunge, bahasa gaulnya. Mereka mau bicara apa ajah, kita mah woles.

Saya kadang suka baca tulisanmu yang di share teman-teman FB. Bagus tulisanmu. Ide-idenya liar. Kritikanmu buat Jokowi tajam dan mengena. Saya sampai kagum sampe gak bisa pup tiga hari. Sungguh. Mungkin saya kurang serat.

Kalau saya agak berbeda pandangan. But its oke, saya sangat menghargai pandangan orang lain meski dia berbeda dengan saya. Buat saya, your view adalah pandanganmu dan my view adalah pandanganku.

Cuma ada satu yang saya bingung, terutama ketika pandanganmu merendahkan kerja polisi kita yang berhasil menggagalkan teroris. Kamu malah bicara dengan teori-teori dan tuduhan-tuduhan seakan itu semua adalah konspirasi, pengalihan isu.

Saya jadi bertanya-tanya dalam hatiku yang romantis ini, dimana sih sebenarnya rasa nasionalismemu? Apakah kamu tidak bersyukur bahwa korban tewas sangat sedikit dibandingkan aksi teror di negara-negara lain seperti Perancis misalnya yang tewas 100 orang lebih?

Apa kamu tidak bersyukur bahwa yang tewas bukan anakmu, istrimu, ibumu ataupun keluargamu yang lain, yang mungkin saja sedang berada di mall Sarinah ketika teroris-teroris itu berhasil mem-bom di dalam mall? Kalau sudah begitu, bisakah kamu bilang itu sekedar “pengalihan isu”? Bisakah, Kaka ? Bisakah?? Tampar aku, Kaka.. Tamparrr….!

Kenapa tidak ada sedikitpun rasa banggamu kepada negara Indonesia ini, kepada kinerja aparat-aparat kita? Kamu tidak suka pada Jokowi, itu adalah hakmu. Tapi tidak punya sedikitpun rasa “kebanggaan” pada bangsa ini, bukankah itu penyakit hati?

Apa kamu tahu, Jonse.. Sehabis mem-bom, teroris biasanya menyebarkan berita yang memperuncing keadaan, untuk memperlemah pandangan terhadap pemerintah, dan akhirnya memperbesar perbedaan? Itu skenario mereka, dan mereka akan kirim ke orang-orang seperti kamyu, Say… ( Ah, maaf kalo kamu jengah ku panggil “say”, maksudku bukan sayank tapi sayur…).

Kenapa mereka mengirim berita ke orang-orang seperti kamu? Karena mereka tahu bahwa pengikutmu banyak dan mereka mendengarkan kamu. Dan ketika kamu berkata A, mereka akan menambahkan dengan A plus, A kuadrat dan terus berkembang. Sehingga suburlah rasa benci mereka kepada pemerintah ini.

Apakah benar itu hanya “kritikan”, Jonru? Benarkah seperti katamu itu hanya sekedar kritikan kepada pemerintah? Oh, come on jujurlah sedikit pada dirimu sendiri bahwa kamu punya andil besar untuk memecah-belah bangsa ini dengan membantu teroris menanamkan kebencian di dada mereka.

Kamu mungkin tidak sadar, karena buat kamu mereka hanya market untuk jualan sprei, kan? Tanpa mereka kamu gak bisa jajan, kan? Ah, halal sekali caramu memberi makan keluargamu..

Mungkin kamu anggap nasihat saya ini hate speech, tapi biarlah. Saya mah gitu orangnyah, kalau naek metik seinnya ke kiri beloknya ke kanan.

Asu dahlah.. Saya berdoa semoga kamu selalu dalam lindungan-Nya dan dibukakan hatimu supaya lebih terang. Saya sebenarnya sayang kamu, sepatu botku..

Kapan-kapan kita minum secangkir kopi Vietnam tanpa sianida. Biar kuceritakan indahnya Indonesia sekarang ini, begitu juga dulu situasi Suriah dan kita sama-sama tidak mau negara damai ini seperti itu, kan Jon? Saya yakin, kamu juga tidak mau.

Sekian surat dari saya yang manis – kata emak – ini. Semoga kamu mengerti isi hatiku.

With love, hug and my raised middle finger.

NB : Saya dengar kamu bisa ngetik sambil split, Jon? Bokongmu gak suwek?

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed