by

Super EM dan Khilafah

Bertahun lalu di salah satu TV swasta nasional, dalam satu acara talkshow, mbahas soal ‘khilafah’.

Klaim punya dalil. Namun ada pihak lain yang tidak setuju, ngaku punya dalil juga. Saling bantah. Nurut sampeyan siapa yang menang kalah atau yang benar ? Ndak jelas. Terserah pada siapa yang kita percayai saja.

Yang paling ngerti ‘mana yang benar’ dan ‘mana yang salah’, ya ‘Yang Punya’ dalil saja. Tuhan. Yang Maha Esa dan Yang Maha Kuasa.

Jadi sebaiknya para ‘khilafis’ ndak usah maksa. Lagipula Bapak-Ibu, Kakek-Nenek, para moyang kita dahulu, perang nglawan Belanda dan Jepang, ndak maksud mau dipimpin khalifah. Maunya dan sudah sepakat dikepalai oleh Presiden yang ber-Pancasila . . .

Tapi ada lagi yang bikin nggondhog saya, waktu itu dan sampai sekarang. Si ‘khilafis’ yang ber-busana ‘ngustat’ omong. Sampaikan kritikan atas demokrasi kita. Yang ‘one man one vote one voice’.

Memang dari dulu ‘mereka’ ndak suka. Pernah ada ‘meme’ atau apa istilahnya. Gambar orang lemparkan sesuatu ke dalam sesuatu. Ada tulisannya, ‘Buang Demokrasi ke Tempat Sampah’ . . .

Kalimat kritikannya, yang tidak akan pernah saya lupa, ‘Masak suara seorang Profesor dinilai sama dengan dengan suara Petani’

Jadi nurut beliau, Petani, Buruh Cuci, Tukang Becak, Pemulung, Tukang Batu, Kuli Bangunan, Tukang Parkir, Pedagang Keliling, dan lain-lain, ndak boleh bersuara. Karena ndak ber’kelas’. . .

Yok opo coba ? Apa ndak bikin orang emosi ?

Pikiran dan ide ini sudah ‘merata’. Ter-patri dalam benak mereka. Yang boleh cawe-cawe tentang kekuasaan cuma para Priyayi, Demang, dan para Saudagar. Yang ‘mereka’ nilai punya akal, pikiran, ilmu, etika, sifat, dan sikap yang selalu mulia. Saking tingginya di awang-awang, tempat para dewa . . .

Seorang mantan musisi terkenal, juga ucapkan senada. Bahkan yang terakhir, lewat twitter, seorang ‘ngustat’ merasa bersukur karena ngaku meng-islam-kan orang2 berpendidikan bukan para ‘pembantu’ . . .

Pengakuan seorang ‘nyonya’ yang upload foto lagi kumpul dengan teman2 ber-seragam gagah dan cantik, sembari makan2, yg ngrasa bangga karena ndak termasuk golongan ‘tukang ngosek WC’, apa termasuk juga ya . . . ?

Jadi nurut saya, nurut saya, ciri2 kaum ‘khilafis’ itu, selain suka maksa ya juga suka menghina. Dulu mungkin terlahir papa, malu lihat sejarah dan silsilah keluarga. Bikin CV palsu atau bertingkah kayak Malin Kundang.

Atau memang anak para Demang, Priyayi, dan Saudagar. Yang ndak pernah hidup susah dan juga ndak pernah diajari etika.

Sombong. Karena begitu lahir, Crot ! Sudah pakai sepatu. Jadi ndak pernah nginjak tanah. Selalu di awang-awang. Kelas para dewa. Makanya punya hobby suka maksa dan suka ndak tau etika . . .

Masih suka khilafah ?!

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed