by

Sudut Pandang yang Berbeda

Ah, jelas saja dia bilang kalau itu angka 9, soalnya dia duduk berseberangan denganku. Dari sudut pandangnya, itu angka 9. Sedangkan dari sudut pandangku, itu angka 6.

“Apa poinnya ?” Tanyaku.
Dia tersenyum sambil menyeruput kopinya. 

“Poinnya adalah bahwa seringkali sudut pandang kita dan sudut pandang Tuhan berbeda. Kita memandang sesuatu dari sudut pandang dunia, sedangkan Tuhan berada pada sudut pandang akhirat. Dunia dan akhirat adalah dua sudut pandang yang berseberangan. Sangat berbeda .”

“Apa contohnya ?” Tanyaku.

“Ketika kamu sedang sakit, kamu melihatnya sebagai musibah. Padahal Tuhan sedang memberikanmu nikmat dengan mengikis dosa-dosa. Ketika kamu sedang sulit, kamu melihatnya itu sebagai bencana. Padahal Tuhan sedang memberimu nikmat, supaya dosa-dosamu tidak bertambah. Ketika kamu kehilangan, kamu melihat itu sebagai derita. Padahal Tuhan sedang mengerik dosa-dosamu yang banyaknya naudzubillah..”

Aku terdiam. Merasa ada sesuatu yang menarikku dalam. Ah…

“Manusia selalu mengeluh pada ketidaknyamanan yang dia dapatkan, padahal itu adalah kenikmatan yang diberikan Tuhan supaya manusia aman. Tuhan selalu membantu manusia mengurangi dosa-dosanya di dunia, supaya kelak kita berada pada kondisi bersih dan suci ketika menghadapNya. 

Tapi kita tidak pernah memahami, karena berbeda sudut pandang denganNya. 

Jika kita mau menggeser sudut pandang kita sedikit demi sedikit supaya bisa memandang dari sudut pandangNya, maka kita akan melihat hal yang jauh berbeda. Kita akan melihat kenikmatan, semua kenikmatan. Tidak ada hal buruk tentangNya, karena Ia adalah sumber kenikmatan yang sebenarnya…”

Temanku menyeruput kopi terakhirnya 

“Itulah kenapa manusia yang mampu memahamiNya, menggunakan sudut pandangNya, akan dipenuhi rasa syukur dalam dadanya. Manusia seperti itu akan mengerti, bahwa Tuhan adalah sumber cahaya. Kegelapan adalah ketika kita tidak mampu menghadirkanNya..”

Aku terduduk diam. Menyesali kebodohanku selama ini memaknainya. Secangkir kopi mengejekku karena tidak pernah mampu memahaminya.

“Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan, wahai manusia ?”

Sumber: Facebook Denny Siregar

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed