by

Son Son

Oleh : Agung Wibawanto

Son Son anak tetangga saya memang dikenal degil. Umur dah lumayan tua tapi kelakuan seperti anak SD. Orangnya suka usil ngerjain teman atau bahkan aki-aki yang sudah renta kerap menjadi targetnya. Setiap dinasehati selalu membantah atau melawan. Sudah banyak tetangga yang merasa gemas melihat kelakuannya. Memasuki bulan ramadhan yang sudah berjalan beberapa hari ini, Son Son kembali menjadi bahan pembicaraan warga terutama ibu-ibu. Seperti biasa setiap Ramadhan banyak warga yang menunaikan ibadahnya di masjid, entah mengapa.

Maksudnya, selama ini (di luar Ramadhan) warga-warga itu jarang terlihat ke masjid. Apakah karena ini bulan khusus atau hanya ingin dilihat warga lain bahw dirinya sangat alim? Wallauhualam. Waktu teraweh (bada isya) dan subuh biasanya ramai-ramainya orang pergi dan pulang dari masjid. Bahkan saat subuh juga dilanjut berjalan-jalan gak tentu tujuan (orang bilang “asmara subuh”). Puasa untuk menahan nafsu kok malah asyik asmara-asmaraan? Hehehe…Si Son Son dan teman-temannya juga gak kalah sibuk. Mereka sibuk bermain dan kerap melancarkan keisengan mereka. Mau dimarahin kok ya puasa? Mau ngejewer kok ya kasihan. Mau ngelapor kok ya males, lha sudah sering sekali warga komplain tentang Son Son. Pak RT yang biasanya cerdas pun ternyata mati kutu ngadepin Son Son.

Umurnya sudah dewasa, bukan anak-anak lagi. Jadi aneh juga nasehatin anak dewasa tetangga. Malam puasa ketiga, habis teraweh, Son Son dan temannya berkumpul berbagi sesuatu lalu berpencar. Ada tiga kelompok, per kelompok ada 6-7 anak. Ternyata mereka menyalakan petasan yang ledakannya lumayan bikin orang kaget. Sehabisnya petasan, mereka kembali berkumpul saling bercerita sebentar lalu pulang ke rumah masing-masing. Betapa indahnya masa kanak-kanak, seperti hidup ini tanpa masalah ya, hehehe…

Besok paginya bhbaran subuh, Son Son n Genk kembali melancarkan aksinya. Mereka biasanya mencari moment orang berkumpul lalu “Dyaaaar…!!” Ada yang teriak, ada yang memaki bahkan ada yang lari tunggang-langgang. Tontonan seperti itu yang memang dinanti Son Son. Mereka pun akan tertawa senang. Wak Haji Somad yang sudah tua tapi terkenal galak terlihat baru saja keluar dari masjid. Agak tertatih ia melangkah pulang ke rumahnya yang tidak begitu jauh dari masjid. Son Son memang sudah menanti moment ini. Ia dan temannya mengikuti langkah Wak Haji dari belakang. Mereka menunggu Wak Haji terpisah dengan jemaah lain.

Pas suasana sepi di penyeberangan selokan, Son Sin nekat melempar petasan yang sudah menyala ke arah Wak Haji. Dah gak usah diceritakan detilnya lah (sensor aja, hahaha…). Singkatnya, Wak Haji sakit hati lalu melabrak orangtua Son Son. Ayah Son Son yang sebetulnya juga “Bang Jago” di kampung itu dibuat ziper sama Wak Haji. Sudah ditebak, Son Son diadili dan dimarahi ayahnya. “Tau gak, Wak Haji tadi bilang kupingnya sampai budek gara-gara mercon lu. Boleh main mercon tapi jangan sampai kedengeran tetangga!” Kata ayahnya. Besoknya, Son Son gak kapok, tetep bermain petasan atau mercon.

Tapi ada yang berbeda kali ini. Menurut ayahnya supaya gak mengganggu tetangga karena berisik main petasan, maka Son Son punya ide. Dia memakai headset yang menyumpal telinganya. Sambil mendengarkan lagu Bang Rhoma. “Asyik Cuy…,” ujarnya.Tiba-tiba, “Son, awas deket lu ada nyala!” Teriak seorang temannya yang ternyata salah melempar dan jatuh persis di sebelah tempat Son Son berjingkok, deket banget. “Duaaaaar…” Seketika Son Son terlempar beberapa depa lalu berguling-guling karena sarungnya terbakar. Son Son meraung dengan tangan yang melepuh gosong. Tambah horor, sensor aja ya. Sekian dulu cerita Son Son Si Anak Pandir.

Sumber : Status Facebook Agung Wibawanto

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed