by

Social Distancing Diantara Kelas Menengah dan Kaum Marginal

Sementara itu di tempat lain, seorang teman tengah melakukan video call dengan beberapa temannya untuk rapat online. Salah seorang temannya di seberang sana lagi berada di rumah peristirahatannya yang mewah dan jauh dari gegap gempita wabah corona sembari bermain dengan binatang kesayangannya. Yang lainnya berada di salah satu ruang rumahnya yang cukup asri dengan segala fasilitas dan logsitik yang lebih dari cukup walau sebulan dia tidak keluar rumah.

Rencana Kontinjensi Pandemi

Saya tentunya mendukung upaya gerakan #dirumahsaja atau #stayathome demi memutus mata rantai penyebaran virus covid19. Tapi hal itu cukup sulit bagi orang-orang yang bekerja di sektor informal. Apalagi mereka yang berstatus buruh harian. Belum lagi banyak pekerjaan mereka yang umumnya dilakukan dengan kegiatan fisik – di tempat mereka bekerja. Atau bagi yang berstatus pekerja admin, dokumen-dokumen berada di tempat kerja- yang tidak memungkinkan untuk dibawa pulang.

Juni 2009, ketika WHO menyatakan dunia telah memasuki fase 6 pandemi influenza A H1N1, sebenarnya cukup banyak pelaku usaha di Indonesia yang menyambut ajakan pemerintah untuk mempersiapkan diri; sayangnya terhambat dalam pelaksanaannya. Permasalahannya, mereka tidak tahu harus memulai dari mana. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang cukup tentang seluk-beluk pandemi influenza masa itu, selain itu mereka juga tidak mengetahui parameter apa saja yang digunakan untuk menyusun rencana kontinjensi guna menghadapi ancaman pandemi influenza.

Akhirnya ketika itu, Departemen Kesehatan RI, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, ILO Jakarta dan CDC telah menyusun buku panduan berjudul PERENCANAAN KEBERLANGSUNGAN USAHA DALAM MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA. Dokumen-dokumen rencana kontijensi seperti ini sesungguhnya dapat direplikasi untuk skenario dalam menghadapi wabah corona saat ini. Linknya bisa ditemukan di http://www.ilo.org/…/…/documents/publication/wcms_120083.pdf

Saya haqul yaqin, pemerintah juga sudah punya rencana kontijensi terkait wabah. Lihatlah dokumen ini https://www.kemenkopmk.go.id/…/Draft%20Pedoman%20Koordinasi… yang dibuat 2016 . Sayangnya saat ini, kita hanya dapat menyaksikan kegagapan pemerintah dan di sisi lain membuat masyarakat lapisan bawah tidak punya pilihan -ketika social distancing digaungkan- kecuali tetap menjalani hari-hari seperti biasa.

Banyak juga lembaga-lembaga non pemerintah yang sebenarnya sudah bergerak untuk menanggulangi dampak social distancing bagi masyarakat marjinal. Tapi karena baru mulai, gerakan-gerakan ini belum dapat sepenuhnya menanggulangi dampak yang terjadi di lapisan bawah saat ini.

Ini masa yang sulit bagi kita semua. Dan sangat dibutuhkan solidaritas berbangsa tingkat tinggi- tanpa memandang suku, agama, ras dan juga pilihan politik. Social distancing adalah pilihan terbaik dibanding jika harus melakukan lockdown seperti di beberapa negara. Tapi mungkin kita harus segera menyiapkan rencana bagi orang-orang yang memang menggantungkan hidupnya dari hari ke hari dengan bekerja di luar rumah.

Keterangan foto: lift di Graha BNPB dipasangi tanda ‘jaga jarak’ guna menangkal penyebaran virus covid19. Foto: Raihan Lubis

Sumber : Status Facebook Raihan Lubis

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed