by

Smelter Morowali

Apakah orang Indonesia bisa mengoperasikan smelter tsb? Tentunya bisa jika dilatih tapi butuh waktu sampai bisa mahir. Dan yang saya tahu (kebetulan saya punya teman yang jadi manager di IMIP), untuk smelter yang sudah beroperasi, mayoritas sudah menggunakan tenaga kerja lokal, TKA China sudah <10%.

Kenapa masih ribuan TKA China didatangkan?
.
Karena penambahan smelter baru terus dibangun dan untuk konstruksi memang banyak TKA China yang dipakai agar bisa cepat selesai, yang awalnya hanya 4 production lines tahun 2016, saat ini sdh lebih 30 lines plus terintegrasi dgn 3 Juta ton Stainless Steel Plant dan beberapa juta ton Carbon Steel , tiap tahun smelter bertambah sampai tahun ini masih ada penambahan smelter baru shg total akan jadi 36 lines (1 line berkapasitas sktr 7,500 ton Ni per tahun). Tahun lalu actual produksi Ni di IMIP sktr 240,000 ton Ni (dibandingkan FeNi Antam di Pomalaa sktr 26,000 ton dan Vale di Sorowako sktr 75,000 ton per tahun). Tentu luar biasa pencapaian IMIP ini karena kapasitas smelter nya sdh menjadi yg terbesar dan termurah di Dunia dan terintegrasi Stainless Steel hanya dalam waktu 5-7 tahun saja, yang tidak pernah ada yang berpikir sebelumnya model spt ini.

Plus mereka juga sdg konstruksi pabrik Hydrometallurgy/HPAL di kawasan industry yang sama. Dari info yang saya dapat, total tenaga kerja sdh sktr 50,000 dan TKA China nya di bawah 15% yang mayoritas untuk konstruksi/commissioning/pengoperasian awal smelter. Untuk smelter yang sudah beroperasi beberapa tahun, tenaga kerja Indonesia nya sdh lbh dari 90%.
Dan yg pasti Multiflier effect nya pasti sangat besar. Pertumbuhan ekonomi di Sulteng dan Morowali termasuk yg tertinggi di Indonesia.

Yang perlu didorong adalah peningkatan dalam HSE Management, Corporate Governance, dan Program CSR yang lbh efektif dan sustainable.

Sumber : Status facebook Dahono Basuki

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed