by

Sinyal Melawan AS

 
Kita membacanya itu adalah usaha Presiden untuk semakin memajukan produk lokal. Oleh sebab itu dia berharap pengusaha kuliner dari Indonesia diberi akses lebih besar memanfaatkan keberadaan jalan tol. “Produk-produk lokal harus diberi kesempatan agar pengusaha UMKM tidak merasa ditinggalkan dengan adanya pembangunan infrastruktur.”

Tapi, saya melihat ada sebuah sinyal yang disampaikan Jokowi dalam sambutannya. Lihat saja, produk makanan asing yang disebutkan semua berasal dari AS –Kentucky Fried Chiken, Mc Donald, dan Starbuks. Lalu dia berharap digantikan dengan produk lokal.

Kenapa Presiden harus menyebutkan produk makanan asal AS itu? Apa gak cukup dia sebutkan gerai makanan asing saja, misalnya.

Begini. Dalam laporan ‘2016 Top Markets Report Franchising’ yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan AS Indonesia berada pada urutan ke4 dari 11 negara yang direkomendasikan menjadi tujuan ekspor waralaba mereka. Dengan pertumbuhan omset rata-rata 15% pertahun.

Bukan hanya itu, KFC, Mc Donald atau Starbuck bukan cuma mewakili sebuah merk dagang. Tetapi juga bisa dipersepsikan mewakili kepentingan bisnis AS di Indonesia. Artinya dengan menyebut tiga merek tersebut, Jokowi ingin memberi signal bahwa jika AS mengambil kebijakan yang merugikan kita, pemerintahan Jokowi juga bisa mengambil langkah balasan.

Saat ini Trump memang sedang menjalankan ekonomi AS secara protektif. Semua negara yang neraca dagang AS minus, diperkirakan akan terkena dampaknya. Misalnya AS menaikkan tarif impor baja dan aluminium untuk menahan laju defisit perdagangannya dengan China. 

Karena neraca perdagangan kita dengan AS, tergolong surplus, kebijakan protektif Trump itu kemungkinan akan diterapkan juga untuk Indonesia. AS akan menaikkan tarif impor barang-barang asal Indonesia sehingga harganya menjadi tidak kompetitif. Hal ini beresiko pada penurunan ekspor Indonesia.

Tapi Indonesia tampaknya bukan lagi negara yang gemulai. Indonesia memungkinkan bereaksi yang sama jika kebijakan AS merugikan ekonomi kita. “Kalau dia menghalangi minyak sawit kita masuk ke Amerika, kita juga mengurangi impor kedelai dan terigu dari Amerika Serikat. Harus begitu. Kita mengimpor kedelai, jagung, Boeing, gandum. Pesawat saja ada berapa yang kita beli dari sana?” katanya Wapres Jusuf Kalla.

Bukan hanya itu, Kementerian Perdagangan sedang menyiapkan langkah lanjutan untuk melawan kenaikan pajak impor AS, antara lain lewat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Kalau soal negoisasi bisnis, tampaknya Indonesia bukan lagi anak kecil yang bisa diatur-atur sembarangan oleh AS. Dulu bisa saja mereka berpersepsi begitu. Tapi kini tidak bisa lagi. Saat ini Indonesia dipimpin oleh Jokowi yang koppig membela kepentingan bangsanya. Indonesia bukan lagi negara minder bermental inlander.

Baru saja kemarin kita berhasil memaksa Freeport Mc-Morant untuk menandatangani perjanjian divestasi 51% saham Freeport Indonesia. Perusahaan tambang raksasa yang selama ini mengeruk kekayaan bumi Papua, harus merelakan saham mayoritasnya berpindah tangan kepada pemerintah Indonesia.

“Ketika saya memerintahkan kita harus bertahan dengan angka 51%, banyak yang menakut-nakuti saya tentang resiko menghadapi kepentingan AS. Tapi saya terus perintahkan untuk tetap pada pendirian. Ternyata kita bisa dan gak ada apa-apa,” ujar Jokowi di istana Bogor, ketika saya berkesempatan berbuka pusa bersama.

Di bawah Jokowi, Indonesia kini memang sedang membangun rasa percaya dirinya berhadapan dengan seluruh kepentingan dunia. Jokowi bukan Presiden yang berkata, AS adalah negeri keduanya, hanya untuk mengambil hati penguasa gedung Putih. Tapi dia ingin menegaskan, inilah Indonesia. Sebuah negeri dengan kedaulatan dan kemandiriannya sendiri.

“Sebenarnya menangani Trump itu gampang, mas?,” Abu Kumkum sok memberi saran. “Bilang saja, kalau AS menekan Indonesia terus, kita ancam untuk mengekspor PKS kesana. Pasti dia nyerah. Trump pasti gak mau, New York berubah jadi kayak Depok. Semrawut.”

“Bener juga, ya…”

www.ekokuntadhi.com

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed