by

Siapakah Idolamu?

Ironisnya, banyak diantara kita yang meniru Nabi Muhammad SAW hanya sebatas kulitnya saja tanpa menyentuh essensinya. Misalnya dari pakaiannya saja. Hanya dengan memakai jubah, lantas sudah merasa pantas sebagai peniru dan meneladani Nabi Muhammad SAW. Padahal musuh-musuh Beliau, Abu Jahal dan Abu Lahab juga memakai jubah. Dan jika hanya pakaian yang menjadi tolok ukur meneladani Beliau, apa bedanya dengan para peniru Bang Haji Rhoma?

Lantas, apakah kita juga harus mengikuti pemikiran Rasulullah SAW? Bisa ya dan bisa juga tidak. Karena ada beberapa hal yang tidak mampu dan tak mungkin bisa ditiru. Yaitu saat Beliau berpikir dan bertindak sebagai seorang Rasul atau Utusan Allah. Berbicara dengan Malaikat Jibril dan sebagainya.

Ada satu hal yang menjadi essensi dan bisa ditiru oleh kita, yaitu Akhlaqnya. Sebagaimana Sabda Beliau: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlaq yang Mulia”. Itulah kenapa Beliau dikatakan sebagai Uswatun Hasanah atau teladan yang sebaik-baiknya. Dan pada peringatan Maulid kali ini, setidaknya menjadi refleksi bagi kita semua agar kita terus belajar menjadi “penggemar” dan “peniru” terbaik terhadap Baginda Rasulullah SAW. Bisa dimulai dari hal-hal sederhana, seperti ramah pada sesama. Bukan mudah marah pada sesama.

Ya Nabi Salam Alaika! Ya Rasul Salam Alaika! Sholawatullah Alaika!

*Foto Makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi, Madinah al Munawaroh.

*FAZ*

Sumber : Status Facebook Fadly Abu Zayyan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed