Oleh : Satria Dharma
Apa pun itu, sungguh tidak pantas seorang non-muslim mengomentari ayat suci agama lain di hadapan umat tersebut. (Ini salah satu komentar dalam FB saya).
Oh ya….?! Apakah Anda tidak tahu bahwa saat ini ada banyak non-muslim yang bukan hanya mengomentari ayat Al-Qur’an tapi bahkan menguliti dan membedahnya sampai menghasilkan karya tulis berupa buku-buku yang dijadikan rujukan oleh para sarjana muslim?
Siapa bilang bahwa Al-Qur’an tidak boleh dikutip dan dikomentari oleh non-muslim? Saat ini studi tentang Al-Qur’an dan Hadist justru dilakukan oleh perguruan tinggi non-Islam dan oleh para pakar non-muslim. Dan karya-karya mereka sangat dihargai dan dijadikan rujukan oleh para ulama Islam.
Sebagai contoh, Prof Kenneth Cragg adalah seorang Uskup Gereja Anglikan yang dengan serius dan tekun mempelajari dan menulis tentang Al-Qur’an dan agama Islam secara luas. Beberapa karyanya yang monumental adalah : The Call of the Minaret (1956) Oxford University Press (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia), The Event of the Qur’an – Islam in its Scripture (1971) George Allen & Unwin, The Mind of the Qur’an – Chapters in Reflection (1973) George Allen & Unwin dan lain-lain.
Tentu sangat banyak para ilmuwan non-muslim yang mempelajari dan mengomentari ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Ada yang bersikap simpatik dan ada juga yang kritis dan sinis.
Sebaliknya, sangat banyak juga muslim yang mempelajari dan mengomentari ayat-ayat suci dalam Injil, baik dengan sikap simpatik dan bersahabat. Tapi tampaknya lebih banyak yang mengomentari Alkitab dengan kritis, sinis, dan bahkan menyerang dengan kasar.
Untungnya, tidak ada umat Nasrani yang mengumpulkan massa dan meneriakkan “Si Anu patut dibunuh dengan penghinaannya pada Alkitab kita.”
atau
“Kalau di Vatikan, si Anu sudah dibunuh orang.”
Mereka mah santai aja…. :-)**
Sumber : Facebook Satria Dharma
Comment