by

Siap Jihad, Asal Jangan Nyumbang Duit

Membaca data ini saya sedikit bingung. Bayangkan Anies-Sandi yang didukung orang-orang militan kini malah kesulitan menggalang donasi dari pendukungnya.

Padahal para pendukungnya ini mengaku sedang jihad untuk memenangi pasangan PKS-Gerindra tersebut. Lho, bukankah jihad membutuhkan pengorbanan? Masa berkorban masing-masing Rp100 ribu saja gak mau?

Ah, mungkin bagi mereka Rp 100 ribu itu kemahalan untuk berjihad. Berkorban boleh, tapi kalau bisa jangan duit, deh.

Apa pengorbanan yang bisa ditawarkan pendukung Anies-Sandi? “Bagian kami mengkafirkan orang atau menuding munafik. Kami juga berani menolak sholat jenazah. Asal jangan diminta sumbangan,” mungkin begitu pikirnya.

Jadi mengkafirkan itu jauh lebih enteng ketimbang harus mengeluarkan duit sumbangan kampanye. Menolak sholat jenazah itu lebih gampang dilakukan ketimbang harus nyumbang Rp 100 ribu.

Lho, pendukung Ahok-Djarot kan, rata-rata orang yang punya uang, kilah mereka. Mungkin mereka belum membuka situs donasi. Disana ada orang yang nyumbang cuma Rp 25ribu. Cuma seharga dua bungkus rokok.

Padahal menyumbang Ahok-Djarot itu tidak pernah dihargai sebagai jihad. Tidak pernah diasumsikan sebagai gerakan agama. Jadi para penyumbang itu tidak berharap dibalas pahala.

Sedangkan pendukung Anies-Sandi menganggap yang mereka lakukan adalah perintah agama. Juga bagian dari jihad. Lho, kok pelit?

“Kami ini memang sedang memperjuangkan agama. Kami siap berkorban jiwa raga. Siap mati untuk perjuangan ini. Apapun akan kami korbankan. Asal jangan disuruh nyumbang duit.”

Ah, jihad memang berat, mas bro. Berat sekali. **

Sumber : facebook Eko Kunthadi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed