by

Setelah Sholawat Asyghil, Sekarang Allohumma Asqi

Beberapa bulan menjelang pencoblosan Pilpres 2019, PBNU menyeru kepada seluruh warga NU, dan pesantren menyeru kepada seluruh santri dan alumni untuk melanggengkan shalawat asyghil. Berikut lafadz shalawat asyghil:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَشْغِلِ الظَّالِمِيْنَ بِالظَّالِمِيْنَ وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِيْنَ وَعَلَي الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Terjemahan bebas: “Ya Allah, berikanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang zalim dengan orang zalim lainnya. Selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Dan limpahkanlah shalawat kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.”

Berdasarkan penjelasan dari guru saya, alasan shalawat ini terus dilantunkan beberapa bulan menjelang Pilpres adalah agar pemenang Pilres 2019 adalah bukan termasuk orang yang dzalim. Intinya agar orang yang zalim sibuk sendiri dengan orang zalim, dan tidak memenangkan Pilpres. Agar Indonesia tidak dipimpin oleh orang yang dzalim.

Shalawat asyghil menjadi puji-pujian (melantunkan shalawat dan doa disertai lagu antara adzan dan iqamah) wajib di berbagai pesantren di Indonesia di tiap waktu shalat. Pun demikian di masjid-masjid desa yang notabene warganya adalah orang NU.

Sekarang Pilpres sudah selesai. Ritual wajib membaca shalawat asyghil untuk sementara dihentikan. Insyall Allah pemenang Pilpres bukan orang dzalim sebagaimana yang diharapkan lewat shalawat asyghil.

Melihat kondisi saat ini yang cukup genting dengan kemarau panjang, sepertinya PBNU dan pesantren perlu menggerakkan ummat untuk melantunkan sholawat dan doa minta hujan setiap ba’da adzan hingga iqamat sebagaimana saat melantunkan shalawat asyghil menjelang Pilpres. Barangkali dengan upaya ini, kemarau panjang yang diprediksi oleh manusia menjadi batal terjadi. Alasan melantunkan shalawat dan doa ba’da adzan adalah karena di antara waktu-waktu yang mustajabah dalam berdo’a adalah antara adzan dan iqamat.

Pengalaman di pondok, saya dulu termasuk santri yang cukup sering adzan dan puji-pujian meskipun dengan modal suara pas-pasan. Saya paling senang melantunkan shalawat plus doa minta hujan dengan aransemen lagu yang bermacam-macam saat puji-pujian.

Paling senang ketika sehabis puji-pujian shalawat dan do’a minta hujan, tiba-tiba langit mendung dan tak lama kemudian hujan turun. Bukan mau sombong, tapi saya pernah mengalami hal seperti itu dua kali. Ya mungkin karena memang takdirnya sudah mau hujan. hee

Saya masih hafal betul shalawat dan do’a minta hujan yang dulu kerap saya lantunkan saat puji-pujian. Berikut lafadznya:

صلى عليك الله يا رسول الله * صلى على رسول الله محمد مصطفى 2x
الله يا كريم أنزل علينا من السماء ماء مدرارا
اللهم اسقنا غيثا مغيثا ولا تجعلنا من القانطين

Terjemahan bebas:
“Semoga senantiasa Allah bershalawat kepada engkau wahai rasulullah, bersholawat kepada Rasulullah Muhamamad, orang yang terpilih”

“Ya Allah yang maha mulia, turunkanlah kepada kami hujan yang deras dari langit…
“Ya Allah, berilah kami hujan yang merata, dan jangan jadikan kami termasuk bagian dari orang-orang yang berputus asa…

Mohon maaf saya tidak memberikan harakat pada shalawat dan doa tesebut. Alasan pertama karena saya sampai saat ini belum bisa memberikan harakat di HP. Kalau di PC bisa, tapi di HP belum bisa. Alasan kedua, saya yakin santri dan warga NU sudah hafal dan familiar dengan shalawat dan doa minta hujan. Kalaupun belum hafal, saya yakin santri tetap bisa membaca meskipun tanpa harakat.hee

Untuk sholawat tidak harus pakai lafadz itu dan bisa menggunakan lafadz shalawat yang lain. Kenapa harus diawali shalawat? Karena shalawat bisa membuat doa lebih berpeluang dikabulkan oleh Allah SWT, dibanding doa yang tidak diawali dengan shalawat. Orang NU dan pesantren mempercayai tawassul. Shalawat adalah wasilah untuk bertawassul kepada Rasulullah SAW. Diharapkan dengan tawassul kepada Rasulullah, sebuah doa akan lebih cepat dikabulkan.

Saya pernah membaca dalam sebuah kitab bahwa Sahabat Umar bin Khatab berkata: “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan diantara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas Nabi Muhammad Saw”. 

Semoga dengan ihtiyar seperti ini, Allah akan mengabulkan hajat kita dan hujan bisa segera turun. Meskipun kemarau tahun ini diprediksi lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya, saya yakin lewat do’a, prediksi tersebut bisa tak terjadi.

(Sumber: Saefudin Achmad)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed