by

Setelah Ratna Timbullah Rahman

DS: Tapi, bukannya aneh Jenderal. Dengan jarak berkisar 310 km, begitu lama sampai–5 bulan lebih–tiba di Kertanegara ini? Masak, sehari cuma dapat 2-3 km?
PS: Yaaah, namanya juga diperjalanan. Mungkin ada saja halangan. Hujan, panas, dsb lah.

DS: Baik, Jenderal. Tapi begini. Dia kan berangkat 2 juli 2018. Kok dia sudah tahu Jenderal berpasangan dengan Sandi ya?
PS: Semua orang juga tahu, saya berpasangan dengan Sandi. Gimana sih kalian ini?

DS: Iya sih. Tapi kan baru diumumkan bulan Agustus, Jenderal?
PS: (tampak kaget),,,,begitu ya?

DS: Dan juga, kok dipapan yang dibawanya, sudah tertulis no. 2, Jenderal? Bukannya pengundian nomer urut Capres baru September?
PS: Aaah,,sudahlah. Gak penting itu (sambil meninju meja sampai lima x). “Orang Tegal itu sakti-sakti. Lihat Limbad itu”, ujarnya bersuara tinggi. “Mereka itu sudah tahu, sebelum apa yang akan terjadi”.

Suasana pun jadi hening. Saya lihat PS mengambil HP nya. Memegang erat-erat. Seolah ada sesuatu yang dipikirkannya.

Dan,,,,

Secara seksama dan dalam tempo makmbendunduk, saya pun mengajukan pertanyaan penutup.

DS: Jadi apa benar adanya, Jenderal? Apa yang dikatakan Usamah Hisyam itu. “Bahwa Jenderal meninju meja sampai 5x didepan dewan penasehat itjima’ Ulama GNPF ?”.
PS: Aaarrrrrgggggg,,,,,,

DS: Baiiik, Jenderal. Terima kasih waktunya.
PS: €€€¥¥¥£££

Sejurus kemudian, belum sempat menutup pintu rumah, ada suara orang mengaduh. Mungkin kena balangan henpon, pas unyeng-unyeng kepalanya. Tapi entah siapa dia….

Saya cuma berlari sifat kuping, seperti dikejar bayangan Genderuwo.

“Jiiiaaaaan dasar sontoloyo”, gerutu saya, pada redaksi, yang menugaskan wawancara imajiner ini.

Sumber : Status Facebook Diding Sukowiradi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed