by

Setelah 6 Tahun Kobarkan Perang Syria, Apa yang didapatkan Amerika?

“Assad harus lengser,” begitu pernyataan Obama pada tahun 2011 dalam pidato yang mengklaim bahwa Bashar Assad telah melakukan kejahatan genosida terhadap rakyat Syria dan pergantian rejim adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan rakyat Syria. Bahkan ketika Aleppo timur berhasil dibebaskan SAA, kaum neocon menyatakan bahwa pasukan Assad akan menguasai kota dan membunuh semua penduduk Aleppo, dan populasi Aleppo timur akan mengungsi untuk menyelamatkan diri dari SAA. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, karena menurut laporan International Organization for Migration nya PBB, setidaknya 600.000 pengungsi telah kembali ke tanah air Syria mereka pada bulan Agustus, dan separuh dari jumlah itu menuju ke Aleppo, yang konon menurut kaum neocon di Washington, ‘Assad menunggu kesempatan untuk membunuh mereka semua’.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kaum neocon dan para ‘intervensionis kemanusiaan’ berbohong. Seperti halnya ketika mereka berbohong tentang Libya, Iraq dan sederetan konflik lainnya yang disebabkan oleh mereka sendiri. Ada satu hal juga yang sengaja tidak diliput media mainstream kita, minggu lalu seorang Kristen terpilih sebagai ketua parlemen Syria. Hammudeh Sabbagh, lulusan hukum dan anggota Partai Baath, adalah seorang penganut Kristen Orthodox berusia 58 tahun. Ada berapa Kristen yang berada di parlemen “sahabat” kita Arab Saudi? Oh, saya lupa, Arab Saudi bahkan tidak punya parlemen.

Menyoal umat Kristen Timur Tengah juga, kenapa semua kebijakan AS di Timur Tengah selalu memberikan penderitaan kepada umat Kristen disana? Di Iraq, umat Kristen yang paling menderita semenjak invasi 2003 oleh AS. Bahkan kalau boleh dibilang, di Iraq sudah hampir tidak ada umat Kristen lagi, banyak yang sudah terbunuh dalam perang atau meninggalkan Iraq. Kenapa komunitas-komunitas Kristen di AS tidak menuntut agar militer AS angkat kaki dari Timur Tengah?

Amerika tidak akan pergi sendirinya dari Timur Tengah. Dengan kalahnya Daesh dan runtuhnya ‘khilafah’ mereka di Syria, para pelobi di Washington terus meyakinkan pemerintah untuk melanjutkan penjajahan militer AS atas sebagian negara berdaulat Syria, kali ini bukan lagi dengan dalih ‘melindungi Yazidi’, atau ‘memerangi terorisme’, tetapi: menjaga Syria dari pengaruh Iran! Tentunya, sebelum intervensi militer AS di Iraq dan Syria, pengaruh Iran di kedua negara tersebut sangatlah terbatas. Namun setelah intervensi, kedua negara tersebut malah semakin yakin dan bertopang kepada Iran, bukan AS!

Intinya, sikap intervensionis AS di Timur Tengah melahirkan masalah-masalah baru yang hanya dapat diselesaikan dengan lebih banyak lagi intervensionisme AS sendiri? Intervensionisme berlarut AS tentunya adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi kompleks industri militer AS yang memanfaatkan segala kekacauan di Timur Tengah yang disebabkan Amerika sebagai sarana merampok uang pajak rakyat Amerika dan memperkaya diri mereka sendiri.

Jadi, apa saja yang telah dicapai oleh Amerika di Syria? Nothing good.

Sumber : Resistensi.org

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed